Lombok Barat (Inside Lombok) – Laporan masyarakat yang aliran sungainya tercemar akibat proyek Bendungan Meninting kian bertambah. Pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) pun tengah mengupayakan berbagai langkah untuk bantu meminimalisir pencemaran. Salah satunya dengan membangun sumur bor di desa-desa yang terdampak.
Pejabat pembuat komitmen (PPK) proyek Bendungan Meninting, Lalu Muhammad Asgar mengatakan dalam penanganan dampak proyek bendungan tersebut, pihaknya sudah ada perencanaan pengendalian proyek (P3). Ini dikerjasamakan dengan Dinas Kesehatan untuk uji laboratorium kualitas air, yang diakuinya rutin dilakukan tiap enam bulan sekali, serta uji kebisingan dan uji udara juga.
“Dan dari hasil uji tersebut, kami masih berada pada taraf aman. Kondisi air sungainya masuk kualitas 2,” ujar Asgar saat ditemui di Gardu Pandang Bendungan Meninting, Kamis (22/08/2024).
Kendati kualitasnya disebut masih aman dan tidak membahayakan warga, air tersebut disarankan untuk tidak digunakan untuk konsumsi. “Tetapi kalau untuk irigasi perikanan dan pertanian bisa,” imbuhnya.
Pihaknya memastikan, bahwa kondisi air yang keruh ini tidak akan selamanya. Namun, diprediksi berlangsung hanya selama proses pengerjaan proyek Bendungan itu saja. Selain itu langkah yang dilakukan pihaknya untuk mengurangi kekeruhan air tersebut, juga diupayakan dengan cara membuat kolam peredam lumpur. Serta sudah membangun kurang lebih sebanyak empat sumur bor, yang ada di Desa Gegerung sebanyak dua unit, kemudian juga di Desa Penimbung sebanyak dua unit. Karena diakuinya bahwa warga di kedua Desa ini masih banyak yang memanfaatkan air sungai untuk berbagai kebutuhan.
Sebagai informasi, pembangunan bendungan ini dibiayai oleh Pemerintah Pusat dengan anggaran mencapai Rp1,4 triliun. Bendungan ini nantinya akan mampu menampung kurang lebih 12 juta meter kubik air. Yang akan dialirkan ke berbagai wilayah di pulau Lombok. Kemudian, luas genangan Bendungan ini mencapai 53,6 hektar. Di mana Bendungan akan mengairi 155,29 hektar lahan irigasi. Mampu menyediakan air baku hingga 150 liter per detik dan dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga hidro (PLTMH) 0,8 MW. (yud)