Mataram (Inside Lombok) – Gubernur Nusa Tenggara Barat, H. Zulkieflimansyah menilai masih banyak terjadi kesalahpahaman tentang konsep wisata halal atau halal tourism di tengah masyarakat, sehingga hal itu perlu diluruskan.
“Banyak orang yang menyangka bahwa dengan adanya halal tourism kemudian orang tidak boleh lagi berenang. Sehingga cerita menakutkan ini mematahkan semangat halal tourism,” kata Zulkieflimansyah pada acara Konfrensi Internasional Pariwisata Halal di Kota Mataram, Jumat.
Menurut Gubernur, memaknai halal tourism tidak boleh direduksi maknanya sebatas halal tourism saja. Namun, konsep halal tourismakan disempurnakan dengan inovasi-inovasi yang memungkinkan semua orang aman, tentram dan menyenangkan ketika mereka menikmati keindahan alam NTB.
Karena itu, kata Gubernur yang akrab disapa Bang Zul berharap ada konsep baru yang tawarkan untuk mengembangkan wisata halal di NTB yang lebih dikenal oleh dunia internasional.
Pemerintah Provinsi NTB juga akan menyediakan sebuah pulau sebagai proyek percontohan (pilot project) untuk mengembangkan destinasi wisata halal sehingga orang akan berkaca di NTB.
“Terus terang, banyak pengusaha besar yang kami temui dari Korea, Autralia dan lainnya, ketika mereka datang ke Lombok ada aura yang berbeda,” ungkapnya.
Zul mengatakan, banyak hal yang indah, utama dan eksotisme Lombok tidak ditemukan di tempat lain. Karena itu, kata dia, kenapa pemerintah NTB begitu semangat mengembangkan wisata halal, karena pemerintah ingin membuktikan bahwa Islam itu sangat kompatibel juga dengan pariwisata.
“Jangan sampai umat Islam dipersepsikan tidak bersahabat dengan pariwisata,” ujarnya.
Untuk itu, kata Zulkieflimansyah hadirnya konferensi internasional dapat menghasilkan pemikiran yang menakjubkan. Sehingga ide tentang halal tourism menjadi sebuah konsep yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat NTB ke depannya.
Masjelis Ulama Indonesia (MUI) mendorong Indonesia dan NTB menjadi pusat dan destinasi wisata halal terbesar di dunia.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, KH Muhyiddin Junaidi mengatakan peluang Indonesia dan NTB menjadi pusat serta destinasi wisata halal dunia terbuka lebar. Sebab, Indonesia sangat didukung dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan sumber daya alam (SDA) khususnya destinasi wisata yang sangat indah, salah satunya NTB.
“Indonesia memiliki mayoritas penduduknya Islam terbesar di dunia, begitu juga dengan NTB. Ini merupakan modal sekaligus peluang yang harus dikembangkan oleh pemerintah pusat dan khusus di daerah NTB sudah memulai itu sejak awal,” kata Muhyiddin.
MUI melihat NTB berhasil mengembangkan pariwisata halal. Terbukti jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara ke NTB setiap tahun menunjukkan peningkatan. Salah satunya dari negara-negara Timur Tengah yang notabene merupakan pasar wisata halal. Belum lagi sejumlah penghargaan destinasi halal sudah di raih oleh NTB.
“Pemprov NTB sudah berhasil menarik wisatawan baik domestik dan internasional. Semoga ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan,” katanya.
Muhyiddin Junaidi menegaskan walaupun NTB berhasil mendatangkan wisatawan domestik dan internasional, namun untuk dapat menjadi pusat wisata halal dunia tentu bukan tugas yang ringan.
Sebab, jika berbicara konsep pariwisata halal maka bukan saja pada aspek makanan dan minuman, dan fesyen, tapi pariwisata halal juga berkaitan dengan fasilitas, lingkungan yang bersih, kebutuhan manusia saat berada di destinasi halal, seperti transportasi, hotel, rumah sakit, dan destinasi yang bersih serta lainnya.
“Jadi masih banyak yang tidak memahami apa itu pariwisata halal, dikira wisata halal itu bagaimana membatasi gerak gerik wisatawan. Padahal tidak, tapi bagaimana soal higienis, menghindari perbuatan hukum seperti narkoba. Ada aturan-aturan yang perlu dijaga, hotel memiliki tempat ibadah dan sebagainya,” jelasnya.
“Jadi jangan kira datang wisatawan mancanegara kemudian tidak berpakaian lantas kita tekan karena tidak halal. Tapi bagaimana dengan wisata hala itu mereka menghargai kearifan lokal daerah setempat,” kata Muhyiddin Junaidi.* (Ant)