Mataram (Inside Lombok) – Pemesan hotel di Kota Mataram mulai terjadi peningkatan jelang pelaksanaan MotoGP akhir September ini. Beberapa hotel berbintang di Kota Mataram pemesanannya sudah mencapai 90 persen.
General Manager Lombok Astoria Hotel Mataram, Saeno Kunto mengatakan dari jumlah tersebut sudah ada beberapa perusahaan yang melakukan pembayaran untuk tanggal 27-29 September. Namun pemesanan tahun ini dinilai lebih lambat jika dibandingkan dengan tahun lalu. “Di akhir periode diharapkan bisa mencapai 100 persen. Karena ini sudah ada juga yang mengajukan permintaan,” katanya.
Menurutnya, salah satu alasan yang membuat pergerakan okupansi meningkat pada jelang MotoGP ini karena adanya berita tentang hosting fee. Di mana, pemerintah pusat dan daerah masih belum ada kesepakatan tentang pembayaran hosting fee sehingga penonton masih ada yang ragu untuk memesan kamar.
“Mereka ada yang bertanya apakah jadi untuk MotoGP ini. Kami sampaikan kepada mereka bahwa MotoGP tetap on schedule. Terlepas dari berita-berita hosting fee kami sampaikan bukan ranah kami,” katanya.
Ia menyebut, 90 persen okupansi ini lebih banyak hanya untuk penginapan selama MotoGP. Namun untuk paket wisata pihaknya akan menyiapkan pihak ketiga yang bisa mengantar ke destinasi wisata lain selain menonton MotoGP.
Rata-rata penonton yang sudah melakukan pemesanan ini dari wisatawan domestic. Karena pelaksanaan MotoGP disebut berbeda dengan MXGP yang digelar pada akhir Juni lalu. Sebagai daerah penyangga, perhotelan hanya berharap okupansi dari penonton domestik. “Kalau MXGP lalu itu sebagian besar dari bule (mancanegara). Karena ada rider, tim , teknisi dan lainnya. Karena untuk bule ini mendekat dengan lokasi perhelatan ini,” katanya.
Sementara terkait dengan harga kamar yang diberikan kepada penonton, Saeno mengatakan disesuaikan dengan permintaan pasar. “Kita berorientasi pada supplai dan demand,” katanya.
Ia mencontohkan, peningkatan harga juga terjadi pada saat permintaan pasar meningkat misalnya tahun baru. Selain itu, kebutuhan pokok juga meningkat ketika pelaksanaan Puasa Ramadan. “Kalau tahun baru siapa yang bisa mengendalikan harga mulai transportasi dan harga kebutuhan pokok. Ini merupakan euforia,” katanya.
Peningkatan harga kamar selama event ini juga berdampak pada jumlah pajak yang dibayarkan kepada pemerintah baik daerah maupun pemerintah pusat. Dengan begitu, keuntungan yang didapatkan tidak dinikmati secara pribadi oleh hotel. “Apa yang kita terima itu yang kita setorkan. Yang masuk pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat. Kalau kenaikan harga pasti ada simbiosis mutualismenya,” tutupnya. (azm)