22.5 C
Mataram
Jumat, 18 Oktober 2024
BerandaLombok BaratKorban Dugaan Penipuan Oknum Guru Salah Satu SMK di Mataram Mengadu ke...

Korban Dugaan Penipuan Oknum Guru Salah Satu SMK di Mataram Mengadu ke DPRD Lobar

Lombok Barat (Inside Lombok) – Komisi IV DPRD Lobar menerima hearing dari para korban dugaan penipuan yang dilakukan oleh oknum guru salah satu SMK di Kota Mataram. Oknum guru itu diduga memeras korban hingga puluhan juta dan dijanjikan untuk biaya berangkat kerja ke luar negeri, namun hingga kini tak ada kepastian.

“2023 katanya anak ini akan diberangkatkan (bekerja) ke Jepang, trus disuruh mengeluarkan Rp15 juta. Trus 6 bulan kemudian, disuruh lagi ngeluarkan Rp25 juta dan kita disuruh harus ada saat itu juga. Jadinya kita berhutang sana-sini di bank,” beber Safarudin, salah satu orang tua korba dari Duman, Lingsar yang hadir mendampingi anaknya di gedung DPRD Lobar, Kamis (17/10/2024).

Namun, mereka hingga kini sudah hampir setahun membayar tetapi tak kunjung ada kejelasan kapan akan diberangkatkan ke Jepang. Bahkan, saat para orang tua mendatangi oknum guru yang bersangkutan untuk menanyakan kejelasan dan meminta uangnya dikembalikan.

“Akhirnya kita ke rumah beliau (oknum guru) untuk tanya, kalau anak kita gak jadi berangkat, kita mau minta kembali uang kita,” tuturnya. Bukannya mendapat kejelasan, oknum guru itu disebutnya malah memarahi orang tua siswa.

- Advertisement -

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Lobar, Muhali memaparkan bahwa pihaknya sudah mendengar secara langsung pengaduan para orang tua terkait dugaan penipuan yang dilalukan oknum guru terhadap anak mereka.”Kita juga belum tahu kepastiannya seperti apa. Tetapi, siswa-siswi ini diambil uangnya oleh sekolah. Apakah itu oknum kepala sekolah, itu juga sedang kami telusuri. Mereka diiming-imingi akan diberangkatkan ke luar negeri,” jelasnya saat dikonfirmasi usai hearing.

Menurut pengakuan para korban, mereka mengeluarkan uang kepada oknum guru tersebut dengan nominal yang berbeda-beda. Mulai dari Rp25 sampai Rp40 juta. “Kita dari Komisi IV akan bersurat secara resmi ke DPRD Provinsi, karena ini adalah ranahnya,” imbuh dia.

Bahkan, saat ini korbannya pun diduga sudah mencapai lima orang, ada juga yang berasal Bima. Sehingga pihaknya menilai perlu ada perhatian khusus terhadap dunia pendidikan saat ini. Jangan sampai ke depannya, ada lagi pungutan-pungutan kepada siswa-siswi dengan menjanjikan pekerjaan. “Itu kan (pungutan dengan iming-iming pekerjaan) adalah hal yang sangat jelas sudah melanggar,” ketusnya.

Sehingga komisi IV DPRD Lobar pun dengan tegas mengatakan akan mengawal kasus ini. Sampai siapa yang terlibat menjadi pemain dibaliknya bisa segera diketahui dan ditindak secara tegas. “Kami juga akan investigasi sampai ke bawah, siapa saja yang terlibat. Untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada, seperti kwitansi dan percakapan video dari siswa juga ada,” tegasnya.

Para korban juga mengadukan, bahwa ada diantara mereka yang sudah dinyatakan lulus oleh sekolah dan akan diberangkatkan kerja ke Jepang. Namun, ternyata itu hanyalah iming-iming yang justru dianggap berakhir menjadi sebuah penipuan.

“Ada 37 siswa yang dites kemudian katanya lulus untuk berangkat, tapi itu ternyata bohong. Itu hanya untuk memancing murid-murid yang ada di bawah mereka (supaya tertarik),” ungkap politisi dari PPP ini.

Muhali menyebut, melalui hearing ini, para orang tua korban masih berharap persoalan tersebut bisa segera menemui titik terang dan diselesaikan secara baik-baik.

“Kami belum mengarah ke sana (menyarankan orang tua untuk lapor polisi) tentu ini kan harapan mereka masih mau dengan cara yang baik. Paling tidak, uang mereka dikembalikan lah,” tandasnya.

Namun pihaknya juga mendesak kepolisian, supaya natinya ketika menerima laporan terkiat kasus ini, mereka bisa segera menindak pelakunya. “Supaya jangan sampai ada anak-anak kita yang jadi korban penipuan pendidikan lagi,” harap Muhali. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer