Mataram (Inside Lombok) – Industri herbal pertama di NTB Nodeem Naturindo Lestari meluncurkan produk pertamanya yaitu Nodeem herbs. Sebagai produk pertama yang terbuat dari ekstrak kelor dan ekstrak buncis sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
President Director Nodeem Naturindo Lestari, Dmitry Arditya Harsya Priangga mengatakan diabetes merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat tidak saja di Indonesia melainkan secara global. Kehadiran Nodeem ini menjadi salah satu bentuk perhatian yang nyata terhadap salah satu persoalan kesehatan tersebut.
“Ini baru pertama di NTB. Jadi selama ini hanya sebagai suplayer tapi sekarang kita mendirikan sebuah industri yang khusus berkonsen terhadap diabetes,” katanya. Produk yang dihasilkan murni dari bahan-bahan herbal yaitu kelor dan buncis. Hasil pertanian ini 100 persen bersumber dari petani di NTB tepatnya di Kabupaten Lombok Timur. “Kita memiliki empat supplier dan semuanya berasal dari Lombok Timur. Kalau untuk kelor ada di Lombok Barat, KLU dan Lotim juga ada,” katanya.
Dua produk ini jelas Dmitry terutama kelor memiliki sel aktif yang mampu untuk merangsang organ pankreas menghasilkan insulin dan mampu mengendalikan kadar gula dalam darah. Produk yang dihasilkan bukan hanya untuk penderita diabetes tetapi juga pra diabetes.
“Kadar gula itu bisa dikendalikan dalam batas normal. Ini baik dikonsumsi sehari-hari. Kita baru satu produk. Kita akan ada suplemen untuk diabetes juga dan akan merambah ke makanan yang ramah penderita diabetes,” ungkapnya.
Saat ini Nodeem Naturindo Lestari masih fokus dengan penjualan secara online. Namun sedang diupayakan secara offline dengan memasukkannya ke toko-toko obat yang ada. “Produk ini sudah dilengkapi dengan legalitas, ijin edar dr BPOM dan kemudian izin produksi dari Dinas Kesehatan. Sekarang kita mengurus izin halal. Karena produk itu dari bahan yang halal kita sedang mengurus label halal,” katanya.
Selain menjual produk, Nodeem juga memberikan layanan konsultasi kepada masyarakat. “Bagi para pembeli juga kita akan pantau. Mau periksa gratis kesehatan itu semua kita layani,” katanya.
Dalam sekali produksi, perusahaan obat herbal ini menghasilkan 5.000 – 10.000 botol per bulan dengan harga sebesar Rp250 ribu per botol. “Diabetes ini adalah pola hidup. Tidak bisa dibilang sembuh tapi bisa kita kendalikan. Kita mengendalikan gula dalam darah. Sehebat apapun produknya kalau pola hidup tidak baik kita tidak bisa memberikan efek yang terbaik,” terangnya. (azm)