25.5 C
Mataram
Kamis, 5 Desember 2024
BerandaLombok TengahMusim Hujan, Pokdarwis Aik Berik Rutin Imbau Pengunjung Lebih Berhati-Hati

Musim Hujan, Pokdarwis Aik Berik Rutin Imbau Pengunjung Lebih Berhati-Hati

Mataram (Inside Lombok) – Kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Aik Berik Lombok Tengah mulai mengantisipasi potensi rawan longsor. Pasalnya destinasi wisata yang ada di Desa Aik Berik lebih banyak air terjun.

“Biasa itu kalau sudah gelap di utara kita bermain cuaca alam. Salah satu kelemahan kita juga,” Ketua Pokdarwis Desa Aik Berik, Muhammad Rodian Fahlepi. Ia mengatakan, jika cuaca sudah mulai berubah atau mendung dari arah Gunung Rinjani, Pokdarwis akan keliling mengimbau para pengunjung untuk lebih berhati-hati. “Itu hal kecil yang kita lakukan,” ucapnya.

Ia mengatakan, mitigasi bencana sudah dilakukan di Desa Aik Berik. Pasalnya, Desa Aik Berik merupakan daerah yang tanggap bencana. “Waktu bencana juga dapat sertifikatnya,” katanya.

Pada musim hujan ini, destinasi wisata di Aik Berik masih aman dan belum ada bencana longsor yang terjadi. Diharapkan semua tetap terjaga dengan langkah-langkah antisipasi yang dilakukan. “Kalau hujan besar itu tim kita ada disitu untuk mengarahkan jalur atas kalau mau pulang tidak harus crossing lewat Benang Stokel,” ungkapnya.

Sumber daya manusia (SDM) Pokdarwis Aik Berik Lombok Tengah sudah mendapatkan pelatihan manajemen risiko. Bahkan di Desa Aik Berik juga ada masyarakat tanggap api. Dimana, kelompok masyarakat ini berupaya mencegah kebakaran hutan. “Ada organisasinya. Ada masyarakat tanggung bencana,” katanya.

Tingkat kunjungan di Desa Wisata Aik Berik cukup tinggi terutama pada akhir pekan. Khusus untuk wisatawan mancanegara yaitu sebanyak 30-40 orang per hari. Sedangkan wisatawan lokal yaitu sebanyak 100-150 orang per hari. “Kalau hari biasa itu kurang. Ini hanya banyak yang bolos sekolah,” katanya.

Para siswa dilarang masuk yang menggunakan seragam sekolah. Kebijakan ini dikeluarkan untuk menjaga nama destinasi wisata yang ada. “Karena memang salah satu pencegahan kita agar tidak menimbulkan konotasi negatif,” katanya.

Selain itu, untuk menjaga nama budaya itu teman disini menyiapkan sarung untuk wisatawan mancanegara. Program ini sudah berjalan selama tiga tahun terakhir. “Jadi bule itu tidak boleh pakai bikini. Mereka harus pakai kayak kemben itu,” tutupnya. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer