Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, hingga saat ini belum mampu mengalokasikan anggaran untuk pembebasan lahan pembangunan waduk atau kolam retensi di kawasan Babakan sebagai salah satu upaya menangani banjir dan genangan di kota ini.
“Anggaran pemerintah kota saat ini sangat terbatas, apalagi dengan tiga kegiatan fisik prioritas di tahun 2020, yakni, pembangunan kantor wali kota, gedung graha DPRD dan ruang rawat inap RSUD Mataram,” kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Kota Mataram H Mahmuddin Tura di Mataram, Selasa.
Usulan pembebasan lahan seluas 4,2 hektare untuk pembangunan waduk telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ketika dirinya masih menjabat sebagai Kepala Dinas PUPR Kota Mataram, namun selalu tertunda karena adanya program prioritas lainnya.
“Pembangunan waduk ini sebenarnya juga prioritas untuk penanganan banjir, tetapi setelah masuk dalam usulan ada saja program yang lebih prioritas. Karenanya, pembangunan waduk menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar kita ke depan,” katanya.
Menurutnya, untuk pembangunan kolam retensi ini pemerintah kota hanya diminta menyiapkan lahan seluas 6 hektare, sementara lahan yang sudah ada saat ini 1,8 hektare sehingga tinggal membebaskan kekurangannya 4,2 hektare.
“Sementara untuk pengerjaan fisik sepenuhnya ditangani oleh Balai Wilayah Sungai (BWS),” ujarnya.
Namun, dengan belum adanya alokasi anggaran untuk pembebasan lahan tersebut, dalam upaya antisipasi banjir dan genangan, pemerintah kota mengoptimalkan kegiatan normalisasi sungai dan saluran.
Mahmuddin menilai keberadaan waduk di wilayah Babakan atau di kawasan hulu Kota Mataram ini sudah sangat mendesak, mengingat pertumbuhan pembangunan di Mataram saat ini cukup pesat sehingga memicu pengurangan daerah resapan air.
“Akibatnya ketika terjadi hujan sebentar, genangan sudah dimana-mana, belum lagi banjir yang disebabkan luapan air sungai dan drainase,” katanya.
Menurutnya, selain waduk tersebut bermanfaat sebagai tempat penampungan air yang datang dari hulu, juga bisa berfungsi menjadi sumber air baku, pengairan irigasi serta sebagai objek wisata.
“Pembangunan waduk sudah kita konsep seperti hutan kota, sehingga bisa menjadi lokasi wisata, edukasi dan rekreasi,” katanya.* (Ant)