Lombok Timur (Inside Lombok) – Harga cabai di pasar tradisional Kabupaten Lombok Timur terus melonjak tajam, bahkan mencapai angka Rp100 ribu per kilogram. Kenaikan harga ini diperkirakan akan bertahan hingga menjelang bulan Ramadan nantinya.
Beberapa faktor, seperti cuaca buruk dan panjangnya rantai distribusi menjadi penyebab utama lonjakan harga cabai yang membebani konsumen. Bahkan kenaikannya sangat signifikan dari harga normal biasanya di pasaran.
Ketua Champion Cabai, M. Subhan menjelaskan bahwa banyak tanaman cabai di Lombok Timur yang rusak dan mati akibat tergenang air hujan. Cabai merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap cuaca buruk, sehingga kerusakan ini berpengaruh besar pada produksi.
“Tanaman cabai banyak yang rusak dan mati akibat curah hujan yang tinggi, sehingga kualitas cabai petani menurun. Ini turut memperburuk pasokan yang ada di pasar,” kata Subhan, Jumat (17/01).
Selain faktor cuaca, Subhan juga menyoroti panjangnya rantai distribusi cabai yang melibatkan banyak perantara. Hal ini menyebabkan harga cabai di pasar tradisional melonjak lebih tinggi dibandingkan dengan harga di tingkat petani. Di pasar, harga cabai kini mencapai Rp 100 ribu per kilogram, sementara harga di tingkat petani lebih rendah. “Cabai yang kami jual di pasar sudah melibatkan banyak perantara, yang membuat harga jadi lebih tinggi. Namun, harga di tingkat petani masih lebih murah,” lanjutnya.
Untuk menstabilkan harga, Champion Cabai bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), mengadakan bazar murah cabai di sejumlah titik. Dalam bazar ini, cabai dijual langsung dengan harga petani, yaitu sekitar Rp60-65 ribu per kilogram, jauh lebih terjangkau bagi konsumen.
“Bazar ini bertujuan untuk memotong rantai distribusi yang panjang. Cabai yang dijual di bazar langsung didatangkan dari petani, sehingga harganya lebih terjangkau,” terang Subhan.
Selain itu, Subhan menambahkan bahwa untuk menjaga kestabilan pasokan cabai di daerah, pengiriman cabai ke luar daerah dihentikan. Ia menyebutkan bahwa harga cabai kini sudah merata naik di seluruh wilayah Indonesia. Di Keramajati, misalnya, harga cabai telah menembus angka Rp 120.000 per kilogram.
“Kami hentikan pengiriman cabai ke luar daerah untuk memastikan pasokan di Lombok Timur tetap aman. Sekarang setiap daerah mengamankan pasokan cabainya masing-masing,” ujarnya.
Kenaikan harga cabai ini diperkirakan akan berlanjut hingga menjelang Idul Fitri, yang seringkali memicu lonjakan harga kebutuhan pokok. Meski demikian, Subhan memastikan bahwa stok cabai di Lombok Timur tetap terjaga, dan upaya untuk menjaga kestabilan harga terus dilakukan.
Ia juga mendorong para petani untuk mengadopsi teknologi pertanian yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem, seperti penggunaan green house. Dengan metode ini, tanaman cabai diharapkan dapat bertahan lebih baik terhadap hujan dan perubahan cuaca lainnya.
“Green house adalah solusi untuk mengurangi kerugian akibat cuaca buruk. Dengan teknologi ini, cabai dapat tumbuh lebih baik meski dalam kondisi cuaca yang tidak menentu,” tambahnya.
Sementara itu, Saiful Wathan, Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Lombok Timur, menyebutkan bahwa Dinas Perdagangan bersama Champion Cabai telah melaksanakan operasi pasar murah sejak Rabu (8/1). Operasi pasar ini bertujuan untuk menstabilkan harga cabai di pasar. Selain cabai, Dinas Perdagangan juga akan mulai menjual beras mulai Senin (13/1) mendatang untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok lainnya.
“Kami terus berupaya untuk menstabilkan harga cabai dengan operasi pasar. Kami juga akan mulai menjual beras pada Senin depan untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok lainnya,” tutup Saiful.
Dengan adanya upaya-upaya ini, diharapkan harga cabai dapat kembali stabil dan terjangkau oleh masyarakat, meskipun diperkirakan harga akan tetap tinggi hingga mendekati Ramadan. (den)