26.8 C
Mataram
Selasa, 4 Februari 2025
BerandaLombok TimurPuluhan Warga Lotim Terjangkit DBD

Puluhan Warga Lotim Terjangkit DBD

Lombok Timur (Inside Lombok) – Mengawali 2025 ini, tercatat ada 150 warga di Lombok Timur (Lotim) suspek Demam Berdarah Dengue (DBD). Dari jumlah tersebut, 38 diantaranya terkonfirmasi positif.

Kepala Bidang P3KL Dinas Kesehatan Lotim, Budiman Satriadi menjelaskan meski ada puluhan orang yang terkonfirmasi positif DBD, sampai saat ini belum ada kasus kematian. Para pasien pun masih menjalani perawatan di rumah sakit, dan beberapa diantaranya berangsur membaik sehingga diperbolehkan pulang.

“Semua pasien saat ini dalam perawatan, dan tidak ada yang sampai meninggal dunia,” ungkapnya. Saat ini, Dinas Kesehatan Lotim tengah fokus menangani penyebaran DBD terutama di tengah musim hujan yang dapat memicu berkembangnya sarang nyamuk. Selain DBD, Dinas Kesehatan juga memantau penyakit berbasis lingkungan lainnya seperti diare dan ISPA.

Budiman juga menambahkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, kasus DBD di Lotim mengalami penurunan yang signifikan. Di akhir 2024, tercatat kasus DBD yang menurun drastis dengan rincian 30 kasus pada Oktober, 28 kasus pada November, dan 14 kasus pada Desember.

- Advertisement -

Meski demikian, jumlah suspek DBD di Januari 2025 cukup tinggi, dengan gejala utama berupa demam tinggi. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh DBD atau penyakit lain, seperti tifus.

Pihak Dinas Kesehatan khawatir jumlah kasus akan meningkat, mengingat banyaknya tempat perindukan nyamuk yang muncul seiring dengan musim hujan. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk lebih waspada dan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan membersihkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang, seperti pot bunga, kaleng bekas, dan wadah penampungan air.

“Pada tahun 2024, DBD banyak ditemukan di empat kecamatan utama, yakni Kecamatan Sakra (36 kasus), Kecamatan Labuhan Haji (31 kasus), Kecamatan Rarang (30 kasus), dan Kecamatan Terara (30 kasus),” terangnya.

Sementara itu, Koordinator Program DBD Puskesmas Sakra, Nurul Haqiqah, melaporkan bahwa pada Januari ini terdapat empat kasus DBD di Kecamatan Sakra, dengan tiga kasus ditemukan di Desa Kabar dan satu di desa lainnya.

“Desa Kabar sudah masuk zona merah DBD di Kecamatan Sakra, karena hampir setiap tahun selalu ada yang terkena. Semua penderita adalah anak-anak berusia 2-4 tahun,” ujarnya.

Nurul menjelaskan, tingginya kasus di Desa Kabar, khususnya di Dusun Perenang, disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Selain itu, tingginya mobilitas warga dan kebiasaan beternak ayam, bebek, dan merpati menjadi faktor penyebab berkembangnya sarang nyamuk.

Peralihan dari musim panas ke musim hujan memang kerap meningkatkan jumlah kasus DBD, terutama di wilayah selatan yang rawan kekeringan dan seringkali menampung air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. (den)

- Advertisement -

Berita Populer