Mataram (Inside Lombok) – Bulog NTB mengumumkan penghentian sementara program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), sebagai respons terhadap perubahan dinamika pasar. Keputusan ini diambil setelah evaluasi terhadap kerugian akibat biaya pengangkutan beras ke masing-masing daerah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, A. Azis mengatakan belum melihat dan mendengar akibat dari diberhentikan program SPHP. Namun, tujuan pemerintah adalah mempertahankan HPP gabah. “Belum ada dampaknya,” ungkapnya, Selasa, (11/2).
Azis menyebutkan, Bulog telah mendapatkan tugas dari pemerintah. Sehingga, harus senantiasa dilaksanakan. “Mau tidak mau, suka tidak suka. Dan ini bukan sesuatu yang baru, sudah biasa,” tandasnya.
Keputusan Bulog NTB untuk memberhentikan program SPHP diperkirakan akan menimbulkan dampak buruk bagi kestabilan harga pangan di pasar. Program SPHP yang telah berjalan selama ini berfungsi untuk mengendalikan fluktuasi harga bahan pokok, terutama beras, gula, dan minyak goreng, dengan cara memastikan pasokan yang cukup dan distribusi yang terorganisir.
Setelah pemberhentian program tersebut, banyak pihak yang khawatir akan terjadinya lonjakan harga pangan, terutama pada musim-musim tertentu yang rentan terhadap kelangkaan pasokan, seperti saat cuaca ekstrem atau panen gagal. Tanpa adanya kontrol yang ketat melalui program SPHP, harga pangan di pasar lokal dapat bergerak fluktuatif dan semakin sulit dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Penghentian SPHP dapat memperburuk daya beli masyarakat, terutama di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi. Ketergantungan pada program stabilisasi harga pangan membuat masyarakat sangat rentan terhadap ketidakseimbangan pasar yang tak terkontrol.
Masyarakat harus lebih waspada dan cerdas dalam berbelanja, serta memantau harga bahan pokok secara berkala untuk menghindari pembelian yang berlebihan dan menciptakan kelangkaan buatan di pasar. (gil)