Mataram (Inside Lombok) – Periode awal 2025 ini, para pelaku perhotelan harus lebih bersabar. Pasalnya, kebijakan efisiensi anggaran oleh pemerintah pusat menyebabkan sejumlah kegiatan dibatalkan. Salah satunya di Hotel Lombok Astoria yang sudah menerima sekitar 10 kegiatan, namun akhirnya dibatalkan.
General Manager Lombok Astoria, Seano Kunto mengatakan pariwisata di NTB khususnya di Kota Mataram sangat mengandalkan MICE. Namun dengan adanya efisiensi anggaran tersebut, banyak MICE dibatalkan. Bahkan pembatalan sudah dilakukan sejak akhir 2024 lalu.
“Pada November tahun lalu. Beberapa kementerian membatalkan tidak jadi mengadakan kegiatan di sini karena bagaimana bisa jalan kalau tidak ada dana,” katanya, Rabu (12/2) siang. Ia menyebutkan, akhir tahun 2024 lalu nilai kegiatan yang dibatalkan mencapai Rp1,5 miliar. Padahal, pelaku perhotelan memperkirakan pada akhir tahun masih ada anggaran yang masih tersisa untuk digunakan. “Tapi sangat kecil. Kalau nilainya itu lumayan banyak. Kalau dua bulan itu Rp2 miliar,” katanya.
Sedangkan untuk triwulan pertama tahun 2025 ini, sejumlah kementerian sudah membatalkan kegiatan yang akan di salah satu hotel yang ada di Kota Mataram ini. Nilai kegiatan yang sudah dibatalkan dari Januari hingga Februari ini yaitu mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar. “Tidak berani melanggar keputusan dari pak Presiden RI ini,” katanya.
Untuk menutupi semua biaya operasional hotel, Seano mengatakan memanfaatkan kegiatan-kegiatan sosial. Selain itu, kunjungan kerja dari kalangan DPRD dan para peserta Muktamar IDI yang mulai banyak berdatangan ke Kota Mataram. “Ada IDI sangat membantu. Alhamdulillah sudah mulai ramai sejak 11 Februari. Lumayan banyak dan 90 persen sudah terisi,” katanya.
Ia mengharapkan, kebijakan efisiensi anggaran yang diberlakukan Presiden RI tidak berlangsung lama. Karena jika demikian maka dampak yang ditimbulkan semakin luas. “Kita berharap tidak berlangsung lama saja kondisi ini,” katanya.
Meski banyak kegiatan yang dibatalkan, Seano memastikan tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Karena manajemen hotel Lombok Astoria masih bisa memaksimalkan potensi yang ada. “Kita belum lari kesana. Jadi bagaimana kita bisa survive sama-sama,” katanya. (azm)