Lombok Tengah (Inside Lombok) – Mantan Wakil Bupati Lombok Tengah (Loteng), Lalu Suprayatno alias Gede Drip beri tanggapan terkait dengan pelaporan dirinya dan warga oleh Maya Yuliana, Ketua Portir Indonesia, ke Polres Loteng. Laporan itu sebelumnya menyangkut dugaan pengrusakan basecamp Portir Indonesia lantaran Gede Drip bersama beberapa warga menebang pohon tanpa izin.
Menurut Lalu Suprayatno, ia bersama tetangga melakukan pemangkasan sekitar lima pohon di halaman basecamp Portir Indonesia. Hal itu dilakukan, lantaran pohon-pohon yang ada di lahan itu dianggap membahayakan, terlebih beberapa waktu lalu intensitas hujan disertai angin kencang terjadi di wilayah Loteng.
Selain itu, ia mengaku ada dahan pohon yang masuk ke halaman rumahnya yang bersebelahan dengan basecamp Portir Indonesia, sehingga daun-daun pohon sering masuk dan menjadi sampah.
Diceritakan, pemotongan pohon di sebelah rumahnya itu sekitar lima atau enam pohon. Awalnya karena sering terjadi hujan deras dan angin kencang, di mana pohon-pohon yang ditebang adalah yang menempel dengan tembok bangunan rumahnya.
“Tidak benar saya melakukan penebangan sampai puluhan pohon, tapi ada sekitar lima atau enam yang sudah mengganggu keamanan dan kenyamanan kita yang kita tebang, dan ada yang kita pangkas,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya, Kamis (20/2).
Dijelaskan, pohon yang ada di lahan itu tidak hanya menempel di tembok rumahnya saja, tapi juga tetangga lain di sebelah utara. “Ular sudah tidak terhitung berapa kali sudah masuk di rumah saya. Maka itu dasar kita juga memotong,” terangnya.
Di sisi lain, sebelum melakukan penebangan itu dirinya bersama warga yang lain mengaku sudah memberitahukan kepada pihak RT. Terlebih warga sudah sering melakukan komplain, tapi pemilik tanah, dalam hal ini perwakilan Portir Indonesia, disebutnya tidak pernah berada di tempat. “Jadi lahan itu dibiarkan tanahnya seperti hutan dan pohon-pohon yang ditanam pohon besar semua, bukan pohon produktif seperti buah,” katanya.
Menurutnya, akibat pohon itu membuat jendela rumahnya pecah, namun hal itu tidak pernah diungkapkan. Pihaknya pun menyesalkan ada dugaan pelapor mengeluarkan kata-kata kasar saat mengetahui pohon di pekarangan rumahnya dipotong. “Bisa dilihat fakta di lapangan seperti apa kondisi sebenarnya dan silahkan melapor, dan itu haknya dia,” imbuhnya.
Warga lain, Aditia mengaku tindakan penebangan pohon di basecamp Portir Indonesia itu dilakukan semata-mata untuk melindungi diri. “Kita bukan ujuk-ujuk hanya memotong, tapi ada sebab. Dia pikirnya hak-nya saja, tapi hak-nya dibatasi hak kita juga,” terangnya.
Dijelaskan, bahwa pohon yang dipotong itu yang tumbuh masuk ke rumahnya yang berdekatan dengan lokasi lahan Portir Indonesia. Bahkan saat ini banyak pohon yang masuk di rumahnya juga belum dipangkas. “Saat ini banyak pohon yang tumbuh masuk ke rumah saya dan saya keberatan, rumah saya kebanjiran karena tersumbat sampah akibat daun, saya pernah hampir digigit ular,” tegasnya. (fhr)