25.5 C
Mataram
Rabu, 26 Februari 2025
BerandaKesehatanPneumonia dan TBC Renggut 17 Nyawa Balita di Lotim

Pneumonia dan TBC Renggut 17 Nyawa Balita di Lotim

Lombok Timur (Inside Lombok) – Penyakit pneumonia dan tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sepanjang 2024 telah menyebabkan 17 balita meninggal dunia. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di masyarakat karena rendahnya temuan kasus dan penanganan yang terlambat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan Lotim, Budiman Satriadi menyebutkan sebagian besar korban adalah bayi berusia di bawah satu tahun. Pihaknya mencatat 15 bayi meninggal akibat pneumonia dan dua lainnya akibat TBC.

“Pneumonia dan TBC merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi anak-anak. Jika tidak ditangani dengan cepat, keduanya dapat berakibat fatal,” jelas Budiman, Kamis (20/02/2025). Pihaknya terus berupaya meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya pneumonia, TBC, dan diare. Edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan penanganan dini terhadap penyakit-penyakit tersebut.

Meskipun angka kematian cukup tinggi, jumlah penemuan kasus pneumonia dan TBC di Lombok Timur masih rendah. Dari target yang ditetapkan, temuan kasus pneumonia baru mencapai 48 persen, TBC 51 persen, dan diare 54 persen. Menurut Budiman, rendahnya penemuan kasus ini disebabkan oleh minimnya pemahaman masyarakat tentang gejala dan bahaya penyakit tersebut.

Budiman mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap gejala seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, demam, atau diare. Ia juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menghindari paparan asap rokok, serta memastikan rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang memadai. “Lingkungan yang lembab dan pengap dapat memperburuk risiko pneumonia dan TBC. Sementara makanan yang tidak higienis meningkatkan risiko diare,” ungkapnya.

Dinas Kesehatan Lombok Timur mengajak masyarakat untuk segera memeriksakan anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan jika menunjukkan gejala-gejala tersebut. “Jangan menunda-nunda. Mengenali gejala dan segera bertindak dapat menyelamatkan nyawa anak-anak kita,” tutup Budiman. (den)

- Advertisement -

Berita Populer