Lombok Utara (Inside Lombok) – Kondisi minat baca di kalangan anak-anak di Kabupaten Lombok Utara (KLU) saat ini berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusarsip) KLU, Muhammad Wahyu Darmawan mengungkap pesatnya perkembangan teknologi, terutama dengan hadirnya smartphone, telah membawa tantangan besar bagi budaya literasi.
Generasi muda saat ini disebutnya cenderung lebih tertarik pada berbagai fitur dan konten yang ditawarkan. Mulai dari media sosial, video pendek, game online, hingga berbagai informasi instan lainnya, semuanya terasa lebih menarik dan mudah diakses dibandingkan dengan membaca buku.
Jika melihat secara spesifik, Wahyu mengungkapkan data yang lebih mengkhawatirkan terkait kondisi literasi di NTB, termasuk KLU. Pasalnya, mayoritas anak-anak di wilayah ini lebih memilih menghabiskan waktu dengan smartphone, baik untuk bermain game maupun sekadar membaca informasi singkat.
“Kita di NTB termasuk KLU ini, dari 100 anak usia 6-15 tahun, hanya 3 yang membaca buku sampai utuh. Yang sisanya itu baca buku sepotong atau bahkan tidak membaca buku, tapi main HP atau bacanya di HP, bukan baca buku,” bebernya, Senin (21/4).
Ia pun menyayangkan kondisi ini, mengingat membaca buku memiliki banyak manfaat. “Membaca buku itu memberikan rangsangan kepada otak untuk berpikir hal-hal positif. Jadi, meningkatkan tingkat kecerdasan, dan bahkan membantu menghindari penyakit Alzheimer di usia tua, serta menumbuhkan semangat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dengan menamatkan sebuah buku secara utuh dapat memberikan efek positif dalam pola pikir dan meningkatkan harapan hidup seseorang. Begitu juga sebaliknya, kebiasaan membaca konten-konten singkat dan terpenggal di smartphone dinilai tidak mampu memberikan dampak kognitif yang sama.
“Kalau membaca konten-konten dan sebagainya yang sepotong-sepotong itu tidak bisa mencapai tujuan apa yang diinginkan seperti buku, karena dia hanya sepotong, jadi tidak mengikuti alur pemikiran dari awal cara orang berpikir sampai akhir bagaimana,” ungkapnya.
Menyadari urgensi permasalahan ini, Dispusarsip KLU tidak tinggal diam. Berbagai upaya inovatif terus dilakukan untuk mendekatkan buku kepada masyarakat dan menumbuhkan kembali minat baca, terutama di kalangan generasi muda. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan mengoptimalkan peran perpustakaan keliling.
“Upaya kita selama ini, kita membantu dengan perpustakaan keliling. Hari ini, kami juga menyerahkan bantuan dua unit motor perpustakaan keliling kepada taman baca swadaya dan taman baca masyarakat di kantor bupati,” jelasnya.
Bantuan ini diharapkan dapat memperluas jangkauan layanan perpustakaan dan memudahkan para pegiat literasi dalam bergerak dan menjangkau masyarakat yang lebih luas. Tak hanya bantuan kendaraan, pihaknya juga memberikan dukungan berupa buku-buku berkualitas dan berencana untuk memberikan bantuan peralatan digital bagi tempat-tempat yang memiliki akses internet.
“Selain itu, ada juga peran daru keluarga, terutama ibu rumah tangga untuk selalu mengingatkan anak-anaknya supaya mengedukasi atau membaca buku, termasuk ibu-ibu sendiri membaca buku. Jadi, tidak bisa menyuruh anak-anak baca buku, tapi dia sendiri tidak baca,”
Sementara itu, untuk tingkat kunjungan ke perpustakaan di Lombok Utara baru mencapai sekitar 1.400 orang per bulan. Angka ini masih jauh dari harapan dan pihaknya akan terus berupaya lebih giat dalam mempromosikan dan memperkuat kunjungan masyarakat ke perpustakaan, termasuk melalui perpustakaan keliling dan perpustakaan desa. “Cuma perpustakaan desa ini setelah gempa, banyak desa-desa yang belum membangun perpustakaan lagi. Yang rusak di 2018 itu belum direvitalisasi hingga saat ini,” katanya.
Lebih lanjut, saat ini pihaknya sedang berupaya melakukan advokasi kepada pemerintah daerah agar mengalokasikan anggaran dari dana desa untuk merevitalisasi perpustakaan-perpustakaan yang rusak tersebut, mengingat pentingnya peran perpustakaan desa sebagai pusat literasi di tingkat masyarakat bawah. “Kami sedangkan berupaya mengadvokasi bagaimana supaya desa ini harus mendapatkan alokasi anggaran dari dana desa yang diberikan pemda,” pungkasnya. (dpi)