23.2 C
Mataram
Sabtu, 19 Juli 2025
BerandaLombok UtaraPDAM Andalkan SWRO Atasi Krisis Air di Gili

PDAM Andalkan SWRO Atasi Krisis Air di Gili

Lombok Utara (Inside Lombok) – Pasokan air bersih bagi masyarakat di Lombok Utara menjadi prioritas semua pihak, termasuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayan Gunung. Mengingat masih banyak warga masih kekurangan air bersih, sehingga pihaknya memastikan agar pasokan air bersih optimal bagi masyarakat. Tak terkecuali di kawasan wisata, seperti Gili Meno dan Trawangan, Pemerintah daerah mengandalkan sistem Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) sebagai pilihan.

Plt Direktur PDAM Amerta Dayan Gunung, Wahyu Darmajati, menyebutkan saat ini yang menjadi tantangan untuk memasok air bersih kepada seluruh masyarakat yang ada di dua kawasan wisata tersebut. Yakni debit air yang minim dan infrastruktur distribusi yang menjadi permasalahan, sehingga kedua Gili ini harus menggunakan sistem SWRO. Sistem SWRO ini dianggap tepat digunakan karena mengolah air laut. “Gili Trawangan dan Gili Meno, PDAM masih sepenuhnya mengandalkan sistem SWRO. Gili inikan dikelilingi laut, jadi bahan bakunya lebih dekat,” ujarnya, Kamis (17/7).

Saat ini untuk sumber air digunakan di tiga Kecamatan yang ada, seperti kecamatan Gangga, Tanjung dan Pemenang adalah dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Anjah dan Sekeper yang ada di Kecamatan Gangga, dengan total kapasitas debit sebesar 317 liter per detik yang bersumber dari mata air dan air permukaan. “Dari jumlah ini PDAM baru mampu memproduksi 217 liter per detik. Jadi masih ada potensi 100 liter per detik air baku yang belum termanfaatkan,” tuturnya.

Sedangkan untuk memanfaatkan sisa kapasitas air baku ini, pihaknya harus melalui proses treatment terlebih dahulu agar memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 2 Tahun 2023. Sementara kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) saat ini tidak mampu memproduksi sisa air baku yang tidak termanfaatkan ini.

“Selain tantangan pemanfaatan air baku, PDAM dihadapkan sama persoalan kehilangan air mencapai 39 persen dari total kapasitas produksi, atau setara dengan 84,63 liter per detik,” terangnya.

Lebih lanjut, diakui angka tersebut cukup tinggi, lantaran disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang belum memadai dan minimnya pembaruan sejak PDAM Lombok Utara mandiri pada tahun 2013 lalu, setelah memisahkan diri dari PDAM Giri Menang. “Ada jaringan pipa bocor, sambungan ilegal, alat ukur tidak akurat, itu jadi penyebab utama tingginya angka Non-Revenue Water (NRW) ini,” ungkapnya.

Kemudian, saat ini sudah ada sebanyak 16.397 Sambungan Rumah (SR) sebagai pelanggan di tiga kecamatan itu. Dengan kebutuhan air bersih mencapai 164 liter per detik. Namun, kapasitas produksi dan tingkat kehilangan air saat ini, PDAM belum mampu melayani air bersih secara kontinyu selama 24 jam. Akibatnya beberapa daerah mengalami pelayanan yang belum maksimal, bahkan harus menunggu air mengalir di tengah malam atau menggunakan sistem gilir.

“Kalau mau memanfaatkan potensi 100 liter per detik yang belum termanfaatkan ini, maka harus membangun IPA lagi. Sementara untuk melakukan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang,” bebernya.

Bahkan jika IPA pun sudah terbangun, kapasitas produksi yang ada masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bersih proyeksi lima tahun ke depan. Kondisi ini juga menjadi alasan utama mengapa distribusi air ke Gili Trawangan dan Gili Meno masih belum memungkinkan dari sistem yang ada di daratan.

“Pada dasarnya PDAM terus berupaya mencari solusi dan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah, serta menjajaki potensi kemitraan dengan sektor swasta,” demikian. (dpi)

- Advertisement -


Berita Populer