27.5 C
Mataram
Senin, 22 Desember 2025
BerandaLombok TimurWisatawan Cina Ungkap Ombak Ekas Setara dengan Hawai, Hanya Kurang Regulasi

Wisatawan Cina Ungkap Ombak Ekas Setara dengan Hawai, Hanya Kurang Regulasi

Lombok Timur (Inside Lombok) – Ombak di laut Ekas, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur menjadi rebutan para wisatawan untuk menari di atas papan selancar karena dinilai sangat bagus dan nyaman bagi peselancar pemula hingga profesional. Bahkan peselancar asal Cina mengungkapkan ombaknya setara dengan Hawai, Amerika Serikat.

Peselancar Internasional asal Cina, Fanfan, mengungkapkan bahwa ia telah mencoba ombak di beberapa negara dan beberapa perairan di Indonesia, namun ia sangat terkesan sekali dengan ombak di laut Ekas yang sangat bersahabat dengan peselancar. Sejauh ini, ia telah berselancar di 12 negara, namun spot di Ekas yang membuatnya jatuh cinta. “Saya jatuh cinta dengan Ekas karena suasananya sangat tenang. Orang-orangnya sangat baik dan anti serobot. Rasanya seperti surga nyata. Itulah sebabnya saya terus kembali setiap tahun dan tinggal selama lima bulan di sini. Saya juga membuat banyak teman. Saat ini, saya sedang berpikir untuk tinggal di sini dalam jangka panjang,” jelasnya, Rabu (13/08/2025).

Namun, selama ia berada di Ekas untuk berselancar, ia menyaksikan apa yang terjadi di tengah laut, begitu banyak orang berebut ombak hingga adanya intimidasi dan kekerasan. Ia menyebut tempat yang awalnya seperti surga yang sangat magis baginya, suasananya bisa berubah menjadi sangat keras dan agresif karena orang yang ada di spot selancar. “Bahkan orang-orang berteriak meminta saya untuk menepi agar tamunya bisa bermain selancar. Bahkan ada seseorang menegur saya ketika di dalam air, padahal tempat ini sangat bagus dan jadi salah satu spot terbaik di dunia yang bisa setara dengan Hawai,” jelasnya.

Spot selancar Ekas yang disebut berbahaya bukan karena ombaknya, melainkan orang-orang yang berebut spot yang terbilang pendek karena terlalu banyak yang berkunjung. Karena itu ia mengeluhkan tidak ada regulasi untuk kapal yang datang dari Awang ke Ekas, bagi para peselancar sepertinya, ia paham jika pantai itu dekat dengan desa dan menyebutnya sebagai “break”. “Maksud saya spot selancar itu milik desa. Misalnya, Awang sekarang sangat terkenal di Lombok dan banyak orang datang ke sini karena pemandangannya indah dan jalannya bagus. Tapu regulasi yang mengatur kunjungan spot yang indah itu belum ada,” ujarnya.

Ia sering menemukan beberapa orang, beberapa peselancar, ada banyak kapal tanpa batasan di lokasi spot. Bisa saja ada 11 kapal dengan hampir 100 orang. Untuk berselancar, 100 orang di satu break itu sangat berbahaya karena bisa saja terjadi tabrakan antar peselancar maupun menabrak kapal yang parkir di sekitar break. “Spot di dalam itu cuma satu. Dan itu bukan gelombang besar, jadi kita tidak bisa bermanuver, misalnya, memutar papan sesuka hati. Gelombang itu bisa dibagi untuk dua atau tiga orang. Sebenarnya cuma satu, tapi mungkin cuma dua orang yang bisa berbagi satu gelombang,” paparnya.

 

Bahkan ia pernah mendapat insiden tertabrak peselancar pemula yang tidak paham akibat memotong jalur yang membuat kepalanya terbentur dan luka. Itu membuatnya trauma dan tidak bisa berselancar selama beberapa bulan, bahkan ia juga pernah mendapat perlakuan yang tidak enak dari boatman yang membawa tamu dari Awang. “Kepala saya harus dijahit enam jahitan. Saya tidak bisa berselancar selama satu bulan, dan waktu itu saya sangat ketakutan. Karena ada orang yang tidak tahu aturannya dan melompat menimpa saya,” cetusnya.

Staf Khusus Pariwisata Lombok Timur, Ahmad Roji, mengatakan bahwa aturan yang telah dibuat saat ini tentu harus dijalankan bersama demi kenyamanan dan keamanan para peselancar agar tidak terjadi insiden lagi. Di mana aturan yang telah disepakati yakni setiap jam hanya boleh menikmati spot 4 kapal dengan 7 orang penumpang, sehingga tidak terjadi penumpukan di dalam spot areanya. “Karena penumpukan itu membuat wisatawan kawasan overload yang membuat wisatawan tidak nyaman. Sehingga regulasi yang kita tetapkan harusnya ditaati bersama,” pungkasnya.

- Advertisement -

Berita Populer