Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pemerintah Daerah Lombok Tengah (Loteng) merespon polemik dugaan penimbunan bibir pantai Torok Aik Belek, desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya oleh investor.
Dari informasi sementara yang diperoleh pihaknya, penimbunan itu dilakukan investor untuk membangun bronjong penahan air. Namun, bibir pantai merupakan akses publik yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya. Sehingga pihak investor yakni PT Lombok Torok Development (SAMARA) akan dipanggil untuk mendapatkan kejelasan mengenai penimbunan itu. “Saya selalu menghimbau pesisir pantai menjadi kewajiban untuk kita pelihara semua. Kita jaga akan kelestarian dan bagaimana pesisir pantai itu menjadi baik dan bagus. Karena itu perlu kita panggil nanti apa tujuannya membangun bronjong sepanjang roi pantai itu,” ujar Bupati Loteng, Lalu Pathul Bahri, Rabu (20/8) di Praya.
Pathul menegaskan, bahwa Pemda dan semua pihak perlu mengetahui apa alasan investor menimbun bibir pantai Torok. Kalau tujuannya agar lahan investor yang ada di perbukitan di atas pantai tidak terkikis atau abrasi. Kendati demikian Pathul menyebut, itu berarti akses masyarakat umum di bibir pantai berpasir putih itu akan tertutup. “Apakah tujuannya agar area itu tidak terkikis atau abrasi dan lain sebagainya. Kita juga tidak boleh menjustifikasi orang melakukan hal yang tidak baik karena pemilik juga perlu menjaga tanahnya yang di hulu untuk selanjutnya agar tidak terkikis. Artinya perlu kita lihat dulu apa tujuannya. Kalau itu untuk kebaikan kalau seperti itu,” ujarnya.
Sebelumya, Sekretaris Daerah Loteng Lalu Firman Wijaya, mengatakan pihaknya sudah memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang untuk mengecek langsung ke lokasi yang diduga ditimbun oleh investor. “Sudah saya minta PUPR turun cek lokasi. Makanya nanti apa hasil dari cek lapangan oleh PUPR ya,” ujarnya, Selasa (19/8).
Saat dikonfirmasi terkait dengan tata ruang, pihaknya belum berani menyimpulkan terkait hal itu karena belum mengetahui secara pasti aktivitas yang dilakukan oleh pengembang. “Kita tidak tahu secara rinci aktivitasnya seperti apa karena kita hanya melihat melalui foto saja, kita sudah minta PUPR turun,” Tandasnya

