Lombok Utara (Inside Lombok)- Dermaga Sementara Kayangan kini kembali beroperasi setelah sempat ditutup akibat protes dari sopir dump truck dan nelayan lokal. Kesepakatan tercapai setelah musyawarah antara pihak pelaksana proyek, sopir, dan warga, yang menuntut agar mereka dilibatkan dalam proyek pengangkutan material pemecah ombak di Gili Meno.
“Aspirasi para sopir dump truck dan warga telah menemui titik terang setelah dua kali pertemuan. Pihak pelaksana, sopir, dan warga sepakat untuk kembali memanfaatkan dermaga sementara ini,” kata Edi, penyalur material untuk proyek tersebut, Jumat (5/9).
Dijelaskan, protes yang terjadi murni karena kesalahpahaman. Menurutnya, pihak pelaksana memang ingin melibatkan warga lokal dalam proyek ini. Edi sendiri sebagai warga setempat merasa senang jika proyek strategis nasional ini bisa memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Dimana dermaga tersebut hanya sementara yang digunakan untuk mengirim material ke lokasi. “Protes itu hanya karena miskomunikasi saja, karena intinya mereka ingin dilibatkan. Saya sendiri sangat mendukung dan telah membuka kesempatan bagi para sopir untuk ikut bekerja,” terangnya.
Disisi lain, Anggota Komisi II DPRD Lombok Utara, Artadi, menyebutkan bahwa pihaknya yang memfasilitasi pertemuan tersebut, membenarkan bahwa kesepakatan telah tercapai. Selain melibatkan sopir dump truck, pihak pelaksana juga berjanji untuk mengembalikan kondisi pantai yang digunakan sebagai dermaga sementara ke keadaan semula setelah proyek selesai. “Pelaksana proyek siap memberikan kompensasi kepada nelayan dan mengakomodir para sopir dump truck. Mereka juga berkomitmen mengembalikan kondisi pantai seperti semula setelah proyek rampung,” ujarnya.
Diharapkan juga proyek pembangunan pemecah ombak di Gili Meno bisa segera dilanjutkan. Dimana proyek ini sangat penting mengingat tingginya tingkat abrasi yang mengancam pulau. Ia menambahkan, manfaat dari pemecah ombak sudah mulai dirasakan masyarakat meskipun baru satu unit yang selesai dibangun.”Proyek ini sangat penting untuk mencegah abrasi. Jika tidak selesai, ada konsekuensi bagi daerah. Pemerintah pusat sudah memberikan pembangunan yang sangat bermanfaat, jadi kita di daerah harus mendukung,” tegasnya.
Senada, Kepala Dusun Gili Meno, Masrun, menegaskan bahwa proyek ini harus diselesaikan. Menurutnya, pembangunan pemecah ombak adalah upaya vital untuk menyelamatkan pulau dari ancaman abrasi. “Masyarakat Gili Meno sudah merasakan manfaatnya meskipun baru satu pemecah ombak yang rampung. Apapun alasannya, pembangunan ini harus terus dilanjutkan demi keberlangsungan pulau,” ujarnya. (dpi)

