26 C
Mataram
Rabu, 22 Januari 2025
BerandaAdvetorialDesa Lantan Diajak Tingkatkan Ekonomi Lewat Pemanfaatan Limbah UMKM

Desa Lantan Diajak Tingkatkan Ekonomi Lewat Pemanfaatan Limbah UMKM

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Desa Lantan merupakan salah satu desa di Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah yang terkenal dengan perkebunannya yang luas, mencapai 512,64 hektare. Salah satu produk unggulan yang banyak dibudidaya masyarakat Lantan adalah kopi.

Mayoritas penduduk Desa Lantan yang bekerja sebagai petani kopi sering menghadapi permasalahan limbah kulit kopi yang melimpah setelah proses pengupasan biji. Sebelum diolah, kulit kopi ini biasanya hanya dibuang atau dijadikan kompos, yang nilainya relatif rendah.

Melihat potensi kulit kopi sebagai bahan dasar minuman bernutrisi dan bernilai jual tinggi, tim peneliti gabungan dari Program Studi Teknik Pertanian, Sekawan Instutite dan Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Mataram melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang ditujukan untuk membantu masyarakat mengolah limbah kulit kopi menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Dusun Pemasir, Desa Lantan pada Senin 11 November 2024. Program ini melibatkan dosen dan mahasiswa dari Universitas Mataram. Dalam pelaksanaannya, sembilan mahasiswa/mahasiswi dari jurusan Teknik Pertanian bertugas mencatat pengeluaran dan pembelian alat-alat yang diperlukan untuk pengelolaan produk, dua dosen berpartisipasi dalam kegiatan ini.

- Advertisement -
Tim pengabdian masyarakat di Desa Lantan. (Inside Lombok/Ist)

Tim ini terdiri dari Iradah Aulia Rusman dari Sekawan Institute, dan Anteng Septianingtiyas, Miftahul Huda, Nita Widianti, Tuti Lestari, Windri Nanda Dwi Setiani, Yamina, M Surya Hendra Dinata, Siti Khumairatul Fitri, Amuddin, Joko Sumarsono dari Universitas Mataram.

Selain meningkatkan pendapatan petani, inisiatif ini juga mendorong kesadaran akan praktik pengolahan ramah lingkungan. Dijelaskan, sejauh ini pengolahan kopi yang dilakukan di Desa Lantan hanya sebatas panen lalu diolah menjadi produk akhir berupa bubuk kopi. Kurangnya kepedulian masyarakat dan minimnya informasi tentang manfaat penggunaan limbah kulit buah kopi menjadi penyebab tidak adanya pemanfaatan dan pengolahan dari kulit buah kopi tersebut.

Upaya memanfaatkan limbah pengolahan kopi menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dengan cara melakukan (diversifikasi) olahan kulit, salah satunya yaitu teh kulit buah kopi (Wathon, 2019).Limbah kulit kopi umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena mengandung karbohidrat, protein, dan mineral. Selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kulit kopi dapat dijadikan sebagai minuman penyegar yang dikenal dengan nama cascara.

Cascara merupakan kulit kopi yang telah dikeringkan dan diminum seperti teh melalui proses penyeduhan. Kulit buah kopi juga mengandung banyak nutrisi diantaranya selulosa 63%, Hemiselulosa 2,3%, Lignin 17%, tannin 1,8-8,56%, pektin 6,5%, gula reduksi 12,4%, gula non-reduksi 2%, kafein 1,3%, asam klorogenat 2,6%, dan asam kafeat 1,6%.

Penyiapan jahe dan lemon. (Inside Lombok/Ist)

Pembuatan teh dari kulit kopi, yang dikenal sebagai cascara, merupakan inovasi dalam pemanfaatan limbah kopi yang selama ini kurang dimanfaatkan. Kulit kopi, yang biasanya dibuang setelah proses pengupasan biji kopi, ternyata memiliki potensi besar sebagai bahan minuman yang kaya rasa dan manfaat. Manfaat dari teh kulit kopi (cascara) sendiri dapat menangkal radikal bebas, melindungi lambung, serta bagus untuk kulit agar terlihat kencang.

Dengan kemampuan menangkal radikal bebas yang cukup baik cascara sangat cocok untuk mencegah tumbuhnya sel kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh, penambahan rasa manis secara umum diketahui dapat meningkatkan cita rasa.

Pada pembuatan teh dari kulit kopi (cascara) ini tim menambahkan varian rasa yaitu lemon dan jahe untuk menarik minat masyarakat dalam mengkonsumsi teh kulit kopi. Penggunaan lemon (citrus limon) dapat menyatukan cita rasa hingga menjadi lebih baik. Sari buah lemon memiliki aroma yang khas yang sering kali digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan karena dapat menghilangkan bau langu.

Jahe juga berperan penting dalam menambah cita rasa pada teh kulit kopi khususnya sebagai penghangat tubuh. Manfaat jahe sendiri sangat banyak diantaranya untuk mengobati penyakit vertigo, mual-mual, mabuk perjalanan, demam dan batuk.

Dalam program pengabdian masyarakat ini dirancang secara sistematis melalui beberapa tahap untuk menjamin efektivitas dan keberlanjutannya. Tahap pertama melibatkan tim pelaksana yang melakukan observasi melalui wawancara dengan masyarakat Desa Lantan. Proses ini bertujuan untuk memahami kebutuhan serta mengidentifikasi inovasi-inovasi lokal yang berpotensi dikembangkan melalui kegiatan pengabdian.

Tahap kedua dilakukan praktik langsung yang dilakukan langsung oleh tim pelaksana, dimana mereka mengembangkan tambahan varian rasa untuk produk teh cascara. Dalam tahap ini, tim bertanggung jawab atas seluruh proses, mulai dari pemilihan bahan tambahan yang sesuai, pencampuran rasa, hingga teknik pengemasan untuk memastikan kualitas dan daya tarik produk.

Proses pengeringan jahe. (Inside Lombok/Ist)

Aktivitas ini dirancang untuk menunjukkan langkah-langkah praktis dalam meningkatkan nilai tambah teh cascara, sekaligus memberikan contoh konkret kepada masyarakat mengenai inovasi produk yang dapat diterapkan untuk mendukung potensi lokal. Selanjutnya, pada tahap ketiga, tim pelaksana mengadakan sosialisasi di kantor Desa Lantan, memberikan informasi, materi, dan panduan praktis tentang inovasi tambahan rasa untuk teh cascara.

Kegiatan ini mencakup penjelasan dan demonstrasi proses pembuatan, mulai dari pemilihan bahan hingga pengemasan. Sosialisasi ini bertujuan mendukung pengembangan produk lokal serta mendorong kreativitas masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing teh cascara di pasar. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis kepada masyarakat Desa Lantan, tetapi juga memastikan berdampak positif yang berkelanjutan. Diharapkan, program ini dapat membekali masyarakat dengan keterampilan yang berguna untuk pengembangan ekonomi desa dan peningkatan kesejahteraan dalam jangka panjang.

Berdasarkan hasil dari kegiatan observasi dan pengamatan secara langsung terhadap masyarakat desa serta potensi sumber daya alam (SDA) di Desa Lantan, maka observasi dan wawancara dengan masyarakat praktik (percobaan) langsung oleh tim pelaksana Melakukan sosialisasi ke masyarakat terdapat solusi atau saran yang kami berikan. Melihat dari banyaknya produksi kopi yang dihasilkan, dari proses produksi tersebut menghasilkan limbah berupa kulit kopi.

Limbah kulit kopi ini biasanya hanya ditumpuk, dibakar dan dijadikan pupuk alami, ketersediaan limbah kulit kopi yang melimpah ini bisa kita jadikan inovasi berupa produk yang memiliki nilai ekonomi, yaitu teh dari kulit kopi (teh herbal cascara) dengan dua varian rasa, yaitu lemon dan jahe.

Teh kulit kopi dikenal juga sebagai cascara. Cascara adalah minuman herbal yang terbuat dari kulit buah kopi yang dikeringkan. Biasanya, kulit kopi ini dianggap sebagai limbah dalam proses pengolahan kopi, namun sebenarnya memiliki kandungan nutrisi yang bermanfaat, seperti antioksidan, polifenol, dan kafein dalam jumlah ringan.

Cascara memiliki rasa unik yang berbeda dari kopi, dengan aroma dan cita rasa yang menyerupai teh buah seperti campuran rasa manis, asam, dan sedikit rempah. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan percobaan pembuatan teh herbal cascara dengan dua varian rasa, yaitu lemon dan jahe.

Pembersihan Produk Pembuatan teh herbal cascara dimulai dengan pencucian produk. Pembersihan limbah kulit kopi dilakukan dengan kurang lebih tiga kali pencucian agar benar-benar bersih dari kotoran atau debu yang menempel. Perlakuan yang sama dilakukan pada jahe dan lemon dibersihkan dari kotoran dan debu. Sebelum dilakukannya pengeringan, potong bahan baku menjadi bagian yang lebih kecil atas seragam untuk mempercepat proses pengeringan.

Proses pengeringan jahe. (Inside Lombok/Ist)

Proses Pengeringan Bahan baku di letakkan di rak-rak atau nampan yang tersedia di dalam solar dryer dome. Setiap bahan baku diletakkan pada satu rak agar bahan baku dapat tersebar merata terkena sinar matahari secara optimal. Pastikan bahan tidak saling menumpuk untuk mempercepat proses pengeringan. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat bervariasi tergantung pada jenis bahan baku dan intensitas matahari. Proses pengeringan yang dilakukan pada kulit kopi selama 2 hari, pada lemon selama 3 hari, dan sedangkan pada jahe selama 2 hari.

Proses Pembuatan menjadi Teh Kulit Kopi Setelah dilakukan pengeringan, tahap selanjutnya yaitu menimbang bahan baku dengan perbandingan proses pembuatan cascara varian lemon yaitu 60:40 gram, sedangkan untuk varian jahe yaitu 40:60 gram. Untuk cascara varian lemon perbandingan lemonnya lebih banyak daripada kulit kopinya, namun untuk cassara varian jahe perbandingannya lebih sedikit dibanding kulit kopi. Kemudian bahan baku yang sudah ditimbang dihaluskan menggunakan blender.

Proses Pengemasan Bahan baku yang sudah dihaluskan, kemudian dimasukkan kedalam kantong teh celup. Kantong teh celup yang sudah diisi selanjutnya dilakukan pengepresan agar bahan baku tetap aman.

Proses packing Setelah dilakukan proses pengepresan kemudian produk di packing untuk melindungi produk dari kerusakan dan meningkatkan daya tarik produk. Kegiatan selanjutnya yaitu sosialisasi kepada masyarakat desa secara door to door. Kegiatan sosialisasi ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2024 yang bertempat di Desa Lantan.

Pada tahap sosialisasi masyarakat dijelaskan mengenai materi pengolahan limbah kulit kopi menjadi produk teh cascara. Materi yang disampaikan yaitu diantaranya mengenai masalah utama potensi limbah kulit kopi yang melimpah, mengapa dijadikan produk teh cascara dan apa saja manfaat dari pengolahan limbah kulit kopi jadi cascara.

Adapun kesimpulan dari sosialisasi mengenai “Pemanfaatan Limbah UMKM Sebagai Solusi dan Peningkatan Ekonomi di Desa Lantan” menekankan pentingnya pengelolaan limbah secara kreatif dan berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya membantu mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh dari kegiatan, maka perlu dilakukannya tindak lanjut berupa kegiatan pembinaan yang berkesinambungan mengenai pembuatan teh herbal cascara kepada masyarakat setempat. (r)

- Advertisement -

Berita Populer