Mataram (Inside Lombok) – Penyakit kardiovaskuler setiap tahun terus meningkat dan menempati peringkat tertinggi penyebab kematian di Indonesia, terutama pada usia-usia produktif. Di Provinsi NTB, dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa, sebanyak 150 ribu warga NTB berpotensi kena penyakit jantung, dan dari jumlah tersebut sebanyak 50.000 orang berpotensi terkena penyakit jantung akut yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, Jumat (16/12) menerangkan, pada penelitian yang dilakukan di RSUD Provinsi NTB, pasien penyakit jantung paling banyak didapatkan pada laki dengan rentang umur 55-65 tahun sebesar (52.5%). Faktor risiko terbanyak berupa hipertensi dan merokok.
Sementara itu, Direktur Utama RSUD Kota Mataram, dr. Lalu Herman Mahaputra menyebutkan berdasarkan data di RSUD Provinsi NTB kunjungan Poli jantung mencapai 10-15 ribu pasien per tahun. Pasien yang harus dirawat akibat masalah jantung mencapai 900-1300 pasien per tahun.
Kemudian pasien yang memerlukan tindakan intervensi pemasangan ring jantung akibat serangan jantung akut mencapai 500 kasus per tahun di RSUD Provinsi NTB. Dari jumlah tersebut 200 pasien harus dirujuk ke luar daerah per tahun untuk dilakukan tindakan operasi jantung bypass coroner.
“Angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi inilah yang membuat RSUD Provinsi NTB semakin bertekad untuk menyelenggarakan layanan kardiovaskuler secara paripurna yang mana didalamnya termasuk pelayanan Bedah Jantung,” ujarnya.
RSUD Provinsi NTB dan Kemenkes bekerjasama dalam menguatkan Layanan Primer pada penyakit Kardiovaskular melalui Jejaring Kardiovaskular Nasional. Salah satu layanan Jantung yang akan segera dibuka adalah Operasi jantung CABG/ Bypass Koroner. Operasi bedah bypass koroner adalah tindakan operasi yang dilakukan pada penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu pasien yang mengalami penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah arteri koroner.
“Harapan kami dengan dibukanya layanan Jantung Paripurna ini termasuk pelayanan bedah jantung dapat mengurangi akan kesakitan dan kematian akibat masalah penyakit jantung. Dan harapan terbesar kami adalah masyarakat NTB dapat dilayani di daerah sendiri tanpa harus di rujuk ke luar daerah sehingga meningkatkan kenyamanan bagi pasien-pasien di seluruh NTB,” harapnya.
Berdasarkan data Riskesdas 2018 melaporkan bahwa Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5 persen. Hal tersebut berarti bahwa 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung, hal ini cukup tinggi mengingat penduduk Indonesia sendiri mencapai 250 juta penduduk.
Gaya hidup merokok, dan pola makan merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), dilaporkan 50 persen penderita penyakit jantung koroner berpotensi mengalami henti jantung mendadak hingga kematian. Di seluruh dunia penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu, yaitu mencapai 17,7 juta dari 39,5 juta kematian pertahun. Angka harapan hidup penderita gagal jantung dan penyakit koroner yang tidak ditangani dengan baik selama 5 tahun itu kurang dari 40 persen. Sehingga penting bagi setiap daerah di suatu provinsi memiliki pusat pelayanan jantung terpadu untuk melayani pasien-pasien penyakit jantung secara komprehensif, termasuk pelayanan bedah jantung. (azm)