Lombok Tengah (Inside Lombok)- Gubernur NTB Zulkieflimansyah melalui Kapala Biro Pemerintahan Setda NTB, Lalu Abdul Wahid turun tangan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh dua kepala keluarga kurang mampu di lingkungan Tiwu Buak Kelurahan Jontlak Kecamatan Praya Tengah.
Dua kepala keluarga atas nama Munakip dan Ahamad Fatoni tersebut sudah satu bulan lebih tidak bisa mengakses secara lancar jalan yang sudah lama mereka lalui untuk menuju ke jalan raya.
Pasalnya, jalan sepanjang 20 meter dengan lebar sekitar satu meter tersebut ditutup dengan tembok oleh warga yang mengaku sebagai pemilik lahan.
Pemilik lahan akan membongkar tembok tersebut kalau dua kepala keluarga itu membayar uang sebesar Rp5 juta.
Akan tetapi, dua kepala keluarga itu tidak memiliki uang untuk membayar. Sehingga mereka terpaksa menggunakan tangga untuk melewati tembok setinggi dua meter lebih tersebut.
Jalan itu bahkan berdekatan dengan Kantor DPRD Lombok Tengah dan juga rumah H.Masrun, calon Bupati Lombok Tengah pada Pilkada 2020 yang tidak berhasil memenangkan kontestasi.
Kepala Biro Pemerintahan Setda NTB, Lalu Abdul Wahid, Kamis (31/12) saat menemui dua kepala keluarga tersebut mengatakan bahwa gubernur NTB akan membantu untuk menyelesaikan persoalan tanah tersebut.
“Pak Gubernur akan membantu untuk menyelesaikan persoalan tanah ini demi kemanusiaan,”katanya.
Sama dengan dua kepala keluarga di tempat itu, dirinya pun harus menggunakan tangga untuk menuju rumah warga tersebut. “Pak Gubernur sangat peduli terhadap persoalan sosial yang terjadi di tengah masyarakat seperti yang dialami warga ini,”katanya.
“Insya Alloh hari Senin kita selesaikan sesuai dengan keinginan dan harga yang diminta oleh pemilik tanah,”katanya lagi.
Sementara itu, warga pemilik rumah, Munakip bersama istri dan anaknya mengatakan kalau mereka tidak memiliki uang lebih untuk membayar harga yang diminta oleh pemilik lahan.
“Sebenarnya jalan ini sudah dari dulu kita lewati tapi lama-lama kita dimintai uang. Pekerjaan di pasar jadi buruh penghasilan cuma sedikit,”tuturnya.
Awalnya, dia diminta uang sebesar Rp30 juta agar tetap bisa melewati akses jalan tersebut. Tapi karena tidak juga bisa membayar, akhirnya pemilik lahan menguranginya menjadi Rp5 juta.
“Tapi walaupun begitu tidak ada uang segitu untuk bayar. Rumah saya aja bocor. Kalau ada uang saya akan perbaiki rumah saya,”tuturnya sedih.
Dia juga mengatakan, pemilik lahan sudah seringkali mendatangi mereka untuk meminta bayaran. Baru setelah itu tembok akan dibuka. Tapi lagi-lagi, dia dan keluarganya harus pasrah atas keadaan karena tidak memiliki uang.