Mataram (Inside Lombok) – Alat pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dari Bank Indonesia kini sudah cukup banyak digunakan, baik oleh pelaku UMKM ataupun masjid. Sayangnya, baru-baru ini sistem pembayaran itu disalahgunakan oleh oknum dengan menempelkan stiker QRIS milikinya di atas stiker QRIS kotak amal di salah satu masjid di Jakarta.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTB, Heru Saptaji mengatakan penyalahgunaan QRIS yang terjadi di beberapa tempat di rumah ibadah di Jakarta tentunya menjadi perhatian. Karena memang tidak bisa dipungkiri transaksi baik secara non tunai atau tunai punya resiko penyalahgunaan.
“Untuk menghindari hal ini kita punya beberapa tips dan trik untuk bertransaksi aman melalui QRIS, agar tidak terjadi hal serupa,” ujar Heru, Senin (17/4). Pertama, sebagai pengguna harus memiliki pemahaman dan berhati-hati dengan cara memeriksa kembali rekening tujuan transaksi, apakah sudah sesuai dengan tujuan transaksi yang dilakukan. Kedua, harus memastikan bahwa nominal yang diinput sudah sesuai dengan niat yang ingin dibayarkan.
“Karena tidak jarang dalam transaksi non tunai kita keasikan menekan tombol nol, akhirnya bisa lebih satu dan berbahaya. Biasanya kalau dana sudah terbang ke merchant atau para pelaku usaha, ini agak sedikit susah keluarnya,” terangnya.
Kemudian yang ketiga, ketika akan bertransaksi yang bersifat komersial di merchant pelaku usaha, dapat melakukan konfirmasi dengan menunjuk bukti transaksi QRIS sudah berhasil. Kemudian difoto hasil transaksi tersebut oleh pelaku usaha. “Ini terutama untuk QRIS bersifat statis yang konfirmasinya kita lakukan secara manual,” katanya.
Selanjutnya, untuk pelaku usaha atau merchant diharapkan dapat memeriksa stiker QRIS secara berkala, khususnya stiker QRIS yang bersifat statis. Karena kasus yang belum ini terjadi, di mana si pelaku menempelkan QRIS yang asli dengan yang duplikatnya. “Itu QRIS asli cuma disalah gunakan, akhirnya kondisi ini mengharuskan kita sebagai merchant melakukan pemeriksaan secara berkala,” tuturnya.
QRIS tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan transaksi, tapi juga bisa untuk kepentingan sosial. Seperti untuk infak di masjid. Namun, kemudahan itu dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan mengganti stiker QRIS masjid dengan stiker lain. Sehingga uang dari jamaah akan masuk ke rekening pribadinya.
“Takmir masjid juga bisa memeriksa secara berkala. Kemudian merchant tidak meletakkan stiker QRIS secara sembarangan. Biasa tercecer, dengan anggapan ini aman aman saja,” imbuhnya.
Sementara itu, semenjak diluncurkan pada Agustus 2019, QRIS sudah menjadi game changer di transaksi pembayaran non tunai. Pada 2023 Bank Indonesia menargetkan user QRIS sebanyak 45 juta secara nasional dengan jumlah transaksi Rp1 miliar. Untuk mencapai target tersebut, BI kantor perwakilan secara bersama-sama melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya bisa meningkatkan penetrasi penggunaan QRIS di kalangan masyarakat. “Pada 2023 di NTB sampai dengan Februari 2023 penggunaan QRIS di NTB mencapai 234 ribu user dengan transaksi sebanyak Rp67,63 miliar,” pungkasnya. (dpi)