31.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaBerita UtamaBatik NTB Meredup, Regulasi Perlu Diperkuat

Batik NTB Meredup, Regulasi Perlu Diperkuat

Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), H. Komarudin Kudiya menunjukan salah satu motif batik yang di produksinya (Inside Lombok/ist)

Mataram (Inside Lombok) – NTB tidak hanya dikenal karena tenunnya saja, melainkan juga untuk batik dengan motif-motif khas daerah. Sayangnya, batik NTB kini eksistensinya meredup. Padahal sebelumnya cukup dikenal, termasuk setelah dikenakan oleh ASN sebagai seragam.

Masih lemahnya regulasi untuk mempertahankan eksistensi batik NTB di tengah gempuran tekstil bercorak batik diharapkan jadi perhatian. Terlebih jika berkaca pada perajin di beberapa daerah cukup berkembang dan batiknya bersaing, semisal di di Bandung, Yogyakarta dan beberapa daerah lainnya tempat perajin batik masih eksis, berkembang dan mampu bersaing dengan batik daerah lainnya.

Hal tersebut juga perlu dilakukan di NTB agar dapat bersaing dan berkembang di daerah sendiri serta ke luar daerah. “Kalau susah sekali bersaing dan berkembang. Balik lagi ke human capitalnya atau orang yang mengkonsep. Kemudian nanti harus bermitra dengan fesyen desainer. Ada dukungan pemerintah yang harus memberikan regulasi,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), H. Komarudin Kudiya, Senin (28/3).

Menurutnya, semisal batik daerah itu wajib dikenakan oleh ASN dengan regulasi tetap dari pemerintah daerah, maka soal harga tinggal dipatok atau disesuaikan dengan kemampuan daerah memproduksi batik. Hal serupa diakui telah berhasil diterapkan di Bandung, di mana ASN wajib memakai batik karena ada regulasi khusus yang mengaturnya.

“Kalau Bandung menggunakan Perwal (Peraturan Walikota) sudah berjalan itu. Kalau Indonesia itu Yogyakarta, di mana beberapa daerah di sana sudah ada regulasinya juga,” terangnya.

Diakuinya, masih lemahnya kebijakan dari pemerintah maka batik di satu daerah akan sulit bersaing dan berkembang. Untuk itu NTB diharapkan mengambil langkah yang sama, agar para perajin dan batik yang dihasilkan terus berkembang dan mampu bersaing dengan batik daerah lainnya.

“Saran saya, kalau memang sekarang sudah ada embrio perajin-perajin batik baru yang mitra dengan APPBI. Ada surat ke kami, nanti kami mengirimkan orang ke sana untuk melatih, membimbing, mengerjakan dan kemudian nanti bisa magang dan pendampingan,” jelasnya.

NTB secara umum diakui layak membangun ekosistem pengembangan batik. Terlebih NTB, khususnya Lombok sudah cukup terkenal dengan seni dan produk kriya yang sangat bagus. Bahkan masyarakat di Bandung banyak yang menggunakan produk dari Lombok.

“Di sana kalau urusan dengan wastra (kain tenun, batik) Lombok terkenal. Tinggal di kombinasi tenun dengan batik, nanti dijadikan salah satu motif batiknya. Pasarnya juga ada dan sudah terbranding di Lombok dengan adanya MotoGP kemarin,” tandasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer