Mataram (Inside Lombok) – Perum Bulog NTB mengajukan rencana impor beras 13 ribu ton dari Vietnam dan 12 ribu ton dari Thailand. Dari usulan itu, saat ini baru disetujui 11 ribu ton dan sudah masuk sekitar 3.750 ton beras Vietnam melalui Pelabuhan Lembar.
Kedatangan beras impor ini sejak 29 Maret 2024 kemarin dan masih dalam proses bongkar muat. Beras datang dari Pelabuhan Ho Chi Minh, Vietnam pada 19 Maret 2024. Nantinya akan masuk sekitar 4.000-an ton.
“Beras impor masih bongkar sebanyak 3.750 ton dan kemungkinan selesai bongkar tanggal 3 April besok. Sisanya baru menyusul selesai lebaran. Dari rencana impor itu, sementara yang disetujui 11 ribu ton,” ungkap Pimpinan Wilayah (Pimwil) Perum Bulog NTB, Raden Guna Dharma, Senin (1/4).
Sedangkan dari Thailand sampai dengan saat ini belum ada kuota dari pusat berapa banyak disetujui. Beras impor ini sejak awal diperuntukkan untuk bantuan pangan (bapang) yang diterima oleh masyarakat sebanyak 10 kilogram setiap bulannya selama 6 bulan, kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di NTB “Artinya 11 ribu ton itu hanya sebagai cadangan, peruntukkan kita dipersiapkan untuk 3 bulan kedepan bantuan pangan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, panen padi di panen tahun ini berhasil dan pengadaannya cukup maka NTB tidak lagi meminta pasokan beras dari luar daerah maupun luar negeri. Untuk sekarang ini, diakui masih membutuhkan impor beras untuk kebutuhan bapang saja. “Karena takutnya kalau panen ini gagal atau penyerapan pengadaan kita kurang, berpengaruh nanti bapang ngga bisa jalan,” ucapnya.
Ditambahkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB, Abdul Aziz bahwa 11 ribu ton beras impor ini merupakan target Bulog sebelum panen. Karena ada kekhawatiran, bahwa stok pangan di NTB itu akan terjadi defisit, sehingga pemerintah mengambil kebijakan bahwa untuk menstabilisasikan harga beras maka didatangkan beras dari luar.
“Kita berharap dengan masuknya beras itu untuk stabilisasi harga beras. Bukan berarti menanggung harga di petani, karena petani menjual gabah,” ujarnya. (dpi)