Mataram (Inside Lombok) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) melalui Stasiun Geofisika Mataram mendorong agar dilaksanakannya Survei Kerentanan Gempa di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Lombok Tengah (Loteng) yang akan menjadi lokasi pembangunan sirkuit MotoGP untuk gelaran MotoGP 2021.
Hal tersebut disampaikan Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto, saat dikonfirmasi Inside Lombok, Senin (22/04/2019). Menurut Agus hal tersebut sangat penting mengingat betapa besarnya infestasi yang akan dikeluarkan untuk pembangunan sirkuit MotoGP tersebut dengan kenyataan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) masuk ke dalam wilayah rawan gempa.
“Investasi besar harus disiapkan dengan matang. Kita bukan tidak setuju ada MotoGP, tetapi kita mengusulkan agar diadakan kajian awal dan penelitian lanjut dengan melakukan mikrozonasi gempa,” ujar Agus kepada Inside Lombok, Senin (22/04/2019) di Mataram.
Mikrozonasi sendiri merupakan salah satu teknik membagi zona besar menjadi zona yang lebih kecil untuk memudahkan pemetaan, termasuk dalam pemetaan zonasi kegempaan. Survei dari pihak BMKG sendiri diterangkan Agus sebagai proses perekaman getaran tanah alami serta data gelombang seismik yang terjadi di zona tersebut. Waktu yang diperlukan untuk survei tersebut sendiri adalah 4 sampai dengan 6 bulan dalam beberapa cluster.
Menurut Agus, survei tersebut sangat penting untuk menentukan fasilitas pengamanan serta jalur mitigasi yang dibutuhkan oleh KEK Mandalika kedepannya. Terlebih kawasan tersebut tengah dipersiapkan untuk menerima jutaan wisatawan baik domestik maupun internasional.
Sebelumnya pada Selasa (09/04/2019) telah dilaksanakan pertemuan untuk penyusunan pedoman mitigasi bencana di KEK Mandalika. Dalam pertemuan tersebut, Agus menyebutkan bahwa pihaknya telah mendorong secara khusus pelaksanaan survei tersebut dengan menyerahkan proposal pelaksanaan survei mikrozonasi ke pihak ITDC selaku pengelola KEK Mandalika.
Saat itu perwakilan manajemen ITDC, I Wayan Karioka, menyatakan komitmen untuk memberikan fasilitas berupa lahan shelter seismic broadband di kawasan tersebut. Namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari rencana tersebut.
“Jangan sampai seperti kejadian pembangunan MRT Jakarta, di akhir pembangunannya baru melibatkan BMKG. Juga Pembangunan Kereta Cepat Bandung-Jakarta tanpa kajian awal ternyata menjelang rampung baru sadar bahwa lintasan rel melalui sesar lokal Lembang. Akhirnya pembangunan dihold (ditahan, Red),” ujar Agus.
Agus sendiri berharap pihak ITDC dan Pemerintah Daerah (Pemda) NTB menanggapi hal tersebut secara serius, mengingat sukses tidaknya penyelenggaran MotoGP menjadi salah satu tolak ukur ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.