Lombok Timur (Inside Lombok) – Lalu Rajabul Akbar, Kepala Desa Dasan Lekong, Kecamatan Sukamulia, Kabupaten Lombok Timur berhasil menyulap limbah styrofoam menjadi barang yang bernilai ekonomis. Meskipun ia merupakan seorang Kepala Desa, semangatnya untuk terus berinovasi membasmi permasalahan lingkungan yang ada di desanya sangatlah tinggi. Untuk itu ia bertekad mengubah stigma negatif tentang permasalahan lingkungan yang melekat di desanya menjadi hal yang positif.
Tak hanya itu, dalam menyelesaikan masalah lingkungan, ia berhasil mengubah limbah styrofoam menjadi berbagai barang yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Hal itu digelutinya pertama kali sejak 2021 lalu, tepatnya saat pandemi Covid-19 melanda dunia.
Adanya pandemi membuat banyak orang mengeluh melihat situasi dengan segala keterbatasannya tersebut. Namun berbeda dengan Lalu Rajabul Akbar yang memanfaatkan situasi tersebut untuk terus berinovasi dengan memanfaatkan limbah menjadi sebuah karya dan juga mengatasi masalah lingkungan.
“Pada saat itu saya terpikir untuk bagaimana mengubah limbah abadi yang tidak bisa terurai, yakni styrofoam menjadi sebuah inovasi, karena banyak kita temui styrofoam dibuang begitu saja, bahkan pemulung saja tidak mau mengambilnya,” jelasnya kepada Inside Lombok, Kamis (06/10).
Dalam kurun waktu yang tak begitu lama, akhirnya kesedihannya mengenai limbah styrofoam tersebut mulai terjawab dengan berbagai karya seni handmade yang berhasil diciptakan dari limbah styrofoam seperti batu alam atau yang ia beri nama batu cita alam, pot, relief dinding, hiasan aquarium, gerabah dan banyak lagi.
“Alhamdulillah akhirnya dari limbah styrofoam ini saya bersama teman-teman berhasil membuat berbagai karya handmade (buatan tangan), tentu ini juga sebagai komitmen kami di Desa Dasan Lekong untuk terus berinovasi sebagai desa wisata berbasis sampah,” katanya.
Saat ini hasil karyanya memang belum ia per jual belikan sementara waktu dikarenakan ia bersama rekan kerjanya fokus untuk memperbanyak karya sebelum masuk ke pasar. Namun pesanan diakui Akbar datang dari berbagai wilayah bahkan dari kalangan pejabat.
“Untuk saat ini kita belum pasarkan, karena kita fokus memperbanyak produk. Takutnya nanti pesanan yang kita terima semakin banyak, sementara stok kita masih sedikit, membuat kita jadi kalang kabut,” tuturnya.
Adapun styrofoam yang ia gunakan sebagai bahan baku utama karyanya didapatkan dari pasar dan pelelangan ikan secara gratis, bahkan para pedagang merasa senang jika ada yang mau mengambil limbah styrofoamnya lantaran tidak tau mau dibuang ke mana.
“Bahkan kita sudah disediakan styrofoamnya, jadi pedagang di pasar juga merasa senang karena ada yang mengambil limbah mereka,” ungkapnya.
Lalu Rajabul Akbar berharap agar segala bentuk permasalahan sampah dapat diatasi oleh semua pihak, serta ia berharap semua pihak dapat berinovasi dengan mengolah limbah sampah yang ada sebagai barang bernilai ekonomis. (den)