27.5 C
Mataram
Jumat, 26 April 2024
BerandaBerita UtamaCegah Tawuran, Penggunaan Smartphone di Sekolah akan Diatur

Cegah Tawuran, Penggunaan Smartphone di Sekolah akan Diatur

Mataram (Inside Lombok) – Aksi tawuran yang terjadi belakangan ini distensi khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB. Pasalnya, tata-rata aksi tawuran yang dilakukan oleh anak-anak SMA.

Penggunaan smartphone yang kurang bijak dari para pelajar itu pun disinyalir menjadi salah satu penyebab tawuran. “Kejadian yang terakhir ini saling olok-olok di media. 2021 juga gara-gara game, awalnya di smartphone ini kan,” kata Kepala Dinas Dikbud Provinsi NTB, Aidy Furqon, Selasa (9/8) di Mataram.

Ia mengatakan, kondisi ini sudah dikoordinasikan dengan internal Dinas Dikbud Provinsi NTB agar tidak terulang kembali. Di mana, Dinas Dikbud Provinsi NTB akan membuat aturan terkait waktu membawa smartphone ke sekolah.

Nantinya, peserta didik diperbolehkan membawa smartphone hanya di hari-hari tertentu. “Tidak setiap hari. Disepakati oleh sekolah untuk belajar pada program belajar online,” katanya.

- Advertisement -

Ditambahkannya, hasil dari observasi yang sudah dilakukan di sejumlah sekolah, peserta didik lebih banyak memainkan smartphone ketika jam istirahat daripada berbicara dengan temannya. “Ada yang TikTok, game dan sebagainya,” ujarnya.

Selain pengaturan penggunaan smartphone di sekolah, Dinas Dikbud Provinsi NTB juga sudah membuat program sekolah ramah anak. Saat ini beberapa sekolah menjadi sudah menerapkan konsep ramah anak, salah satunya SMA Negeri 9 Mataram. Sekolah-sekolah di kabupaten/kota juga sudah mulai menyiapkan diri untuk menerapkan sekolah yang ramah anak.

“Di dalamnya itu ada pendidikan karakter, anti perundungan, anti kekerasan dan harmonis dengan smartphone. Ini sedang saya siapkan,” ungkapnya.

Dinas Dikbud Provinsi NTB juga sudah memprogramkan satu sekolah satu polisi. Namun nyatanya, rencana ini tidak bisa berjalan karena jumlah personil yang terbatas. “Mungkin dengan pola zona bisa dipakai. Satu polisi mengawal zona ini. Misal lima sekolah satu polisi,” katanya.

Namun program ini juga masih belum bisa direalisasikan, karena personil polisi juga memiliki tugas yang lain bukan hanya menjaga keamanan di sekolah. “Menurut saya sih memungkinkan. Tapi kan mereka punya tugas-tugas yang lain,” katanya. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer