Mataram (Inside Lombok) – Lembaga Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) NTB mendukung usaha pertanian dan budidaya di Nusa Tenggara Barat. Konsepsi menggagas program Sekolah Lapangan Iklim bagi komunitas petani tadah hujan, petambak garam, dan pembudidaya lobster di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur.
Pada Selasa pagi (14/07/2020), Konsepsi NTB yang dalam program ini menggandeng Lembaga Islamic Relief Swedia dan Indonesia, mengadakan seminar untuk mengukur efektivitas program itu.
Pihak yang terlibat dalam Sekolah Lapangan Iklim, menyoroti dampak perubahan iklim global terhadap keberlangsungan dan produktivitas pertanian daerah. Khususnya para petani tadah hujan yang sangat bergantung dengan kondisi cuaca.
Seorang pembudidaya lobster di Jerowaru sedang memegang seekor lobster hasil budidayanya.
“Kita mendukung upaya-upaya agar masyarakat khususnya komunitas petani tadah hujan, garam dan lobster mendapatkan akses terhadap informasi iklim itu dengan mudah, agar mereka dalam membuat keputusan budidaya bisa tepat,” kata Direktur KONSEPSI, Dr. Mohammad Taqiuddin, Selasa (14/7/2020).
Ia menjelaskan, para petani khususnya yang berada di pedesaan masih sangat mengandalkan pengetahuan lokal dalam memprediksi sifat iklim. Baik dengan bertanya kepada tetua adat, tokoh agama, penanggalan Sasak dan pengetahuan lainnya yang bersifat turun-temurun. Ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan pengamatan dengan mata telanjang atau indrawi. Ia menilai saat ini kondisi petani tak memungkinkan untuk cara seperti itu.
“Perubahan iklim belum menjadi bagian dari pengetahuan petani sehingga harus diperkaya, tanpa menghilangkan pengetahuan lokal. Ide Sekolah Lapangan Iklim ini berisi pengetahuan-pengetahuan ilmiah, karena perubahan iklim harus dijelaskan secara ilmiah, tentu dengan bahasa-bahasa yang dimengerti petani,” lanjutnya.
Anggota komunitas petambak garam saat membangun inovasi rumah prisma garam di Kecamatan Jerowaru, Lotim.
Program Sekolah Lapangan Iklim juga, kata Moh.Taqiuddin, sangat menekankan pada ide yang berbasis gender. Dimana berbagai informasi dan pemahaman harus terdistribusi seimbang antara laki-laki dan perempuan. Sehingga Konsepsi mengupayakan jumlah peserta perempuan dalam program itu minimal 30 persen.
“Ternyata kaum perempuan memiliki peran strategis dalam aktivitas budidaya. Perempuan biasanya yang sangat paham tentang ketahanan pangan keluarga, dan pilihan-pilihan tanaman dan sebagainya harus juga memerhatikan aspirasi dan suara-suara perempuan di tingkat keluarga,” kata dia.
Konsepsi merekrut tenaga lapangan yang bertugas mendampingi para petani di ketiga lokasi. Baik pada komunitas petani tadah hujan, penambak garam, dan pembudidaya lobster yang berasal dari lingkungan masyarakat petani itu sendiri. Agar dapat melakukan pendampingan sepenuhnya. Para petani yang telah terlibat dalam program ini nantinya diharapkan dapat menularkan pemahamannya kepada petani lain di sekitarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Infrastruktur Bapedda NTB, H. Agus Hidayatulloh ST, MT mengakui masih minimnya pemahaman masyarakat terkait perubahan iklim global yang terjadi saat ini. Sehingga pemerintah sangat mengapresiasi upaya lembaga non pemerintahan seperti Konsepsi yang terlibat membangun dan memajukan masyarakat.
“Semua pihak harus bergerak bersama, program pemerintah juga harus menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, begitu juga dengan pihak lainnya,” katanya.
Kegiatan ini dilaksanakan secara tatap muka dan teleconference melalui aplikasi zoom. Diikuti puluhan peserta dari berbagai unsur Baik Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, lembaga Legislatif hingga Kelompok Kerja perubahan iklim beranggotakan BMKG, Kementerian kehutanan dan lingkungan hidup, dan para peneliti.
Konsepsi saat ini bergerak di berbagai sektor, selain pada bidang adaptasi perubahan iklim, lembaga ini juga bergerak di sektor pangan dan gizi yang menangani isu stunting di Kabupaten Lombok Timur sejak 2016.
Bergerak dalam pembentukan desa tangguh bencana di beberapa desa, program pemberdayaan perempuan bekerjasama dengan lembaga nirlaba asal Inggris Oxfam dan pemerintah Kanada. Bergerak dalam pemenuhan akses sanitasi dan air bersih di Kabupaten Lombok Tengah, dan program lainnya.