Lombok Barat (Inside Lombok) – Kondisi Giri Menang Square (GMS) yang ada di jantung ibu kota Lombok Barat (Lobar) dinilai memprihatinkan. Bagaimana tidak, lampu hingga air mancurnya pun kini tak lagi pernah menyala.
Bahkan, bundaran ikonik yang sempat direncanakan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat dan ditata seperti Tajmahal itu bakal batal terealisasi. Lantaran anggaran keuangan daerah yang saat ini masih belum membaik.
Kondisi itu pun disayangkan, mengingat masyarakat Lobar membutuhkan ruang terbuka untuk bisa berwisata, salah satunya di GMS tersebut. Yang setiap sore ramai oleh masyarakat yang berolahraga. Namun saat malam justru sepi. Karena selain minimnya pencahayaan, kondisi lapak para pedagang juga yang masih belum tertata.
“Sekarang udah gak ada perubahan, kayak gini-gini aja. Malah lebih bagus yang duluan. Dulu kan sempat nyala air mancur ini, tapi sekarang udah enggak lagi,” keluh Radinal Hakiki, salah seorang warga Gerung yang ditemui saat nongkrong di seputaran GMS.
Kondisi itupun dinilai turut berdampak pada sepinya pengunjung. Sehingga pemerintah diharapkan dapat memberi perhatian lebih dalam merawat tugu kebangaan orang Lobar tersebut. “Kondisinya sekarang ini memprihatinkan, lampu sudah tidak nyala lagi, air mancur sudah tidak dihidupkan lagi,” herannya.
Senada, Uyon yang tengah membantu temannya berjualan kopi di sekitar GMS pun mengeluhkan hal yang sama. Pasalnya, bila GMS tak kunjung mendapatkan perhatian, justru akan berpengaruh bagi pendapatan para PKL di sana.
“Memang di sini (seputaran GMS) disediakan ruang, tapi pencahayaannya tidak ada dan dari segi daya tariknya juga belum ada,” keluh Uyon. Meski diakuinya, air mancur di GMS sempat menyala beberapa hari saat penyelenggaraan event MotoGP. Namun, setelah itu seolah dibiarkan mati begitu saja oleh dinas terkait.
“Emang nyala sebentar, tapi itu waktu ada festival saja. Itupun waktu MotoGP, itu saja kayak tergesa-gesa (perawatannya). Konsepnya tidak jelas,” protesnya.
Ia heran saat harusnya fasilitas dan ruang terbuka yang ada di jantung Lobar itu bisa lebih diperhatikan, malah justru dibiarkan tak terawat oleh pemerintah. “Menurut saya, supaya ada lah yang jadi buah tangannya (sebelum masa jabatan Bupati berakhir) sudah lima tahun loh kita nunggu. Ngapain duduk-duduk doang,” kritiknya.
Uyon tak menampik, saat lampu dan air mancur di GMS dulunya masih terawat, bundaran itu setiap harinya selalu dipadati pengunjung, terutama di malam hari. Namun, kondisi itu diakuinya sudah jauh berbeda dengan saat ini.
“Paling mentok banyaknya empat pengunjung sepanjang malam, kita buka dari jam 5 sore sampai jam 1 malam,” tutur dia. Berbeda dengan kondisi saat GMS masih berjaya, setidaknya mereka bisa mendapatkan untung dari sekitar 10-15 orang pengunjung per malamnya.
“Kalau masih hidup yang itu, rame dia (pengunjung), tapi agak sepian sekarang. Mau lihat apa orang malem-malem tidak ada daya tariknya lagi,” tandasnya. (yud)