Mataram (Inside Lombok) – Digitalisasi yang diberlakukan dalam pembelian tiket penyeberangan laut masih menuai pro-kontra di kalangan masyarakat. Pasalnya, masih banyak pengendara yang merasa kesulitan memesan tiket secara online sehingga mengeluh dengan penerapan aturan baru tersebut.
Salah seorang sopir minibus, Masnun mengatakan sistem yang lama dengan pembelian tiket langsung di loket dirasanya lebih mudah. Setelah pembelian tiket online diberlakukan, ia yang tak mengerti cara memesan sendiri pun terpaksa harus membeli tiket dari beberapa konter yang saat ini membuka jasa di dekat pelabuhan.
“Jadi harapan kita bisa kembali ke semula saja. Pakai kartu, tinggal bayar dan dapat tiket dan tidak ada masa berlakunya. Kalau yang sekarang ini banyak sekali dijual pinggir jalan. Terus tadi (Minggu sore, Red) itu aplikasinya bermasalah, jadi lama prosesnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTB, Lalu Moh. Faozal mengatakan pemberlakukan sistem online sudah 100 persen. “Bahwa semua online itu 100 persen. Masyarakat sudah beli dengan sistem online,” ujarnya.
Adanya biaya tambahan yang harus dibayar masyarakat dikatakan Ojal, sapaan akrabnya, adalah untuk biaya administrasi. Misalnya, untuk anak-anak harga tiket Rp5.200 per orang, biaya administrasi Rp4.800 sehingga total yang dibayar Rp10.000 per orang.
Biaya administrasi yang harus dibayarkan berbeda-beda tergantung dari golongannya. Dari daftar harga tiket yang tertera biaya administrasi yang harus dibayar penumpang yaitu dari Rp4.800 hingga Rp15.000 ribu.
“Jadi orang yang beli tiket itu sama kayak beli pulsa kan. Ada fee untuk proses di perbankkan. Tapi semua terukur kok. Kalau ada yang melebihi lapor sama saya,” katanya.
Ojal mengancam akan menutup, jika ada gerai-gerai yang tersebar saat ini memperbesar jumlah biaya administrasi kepada konsumen. Karena saat ini, gerai-gerai pembelian tiket tersebar di beberapa titik yang ada di dekat pelabuhan baik Kayangan maupun Pototano. “Kalau ada indikasi meng up dari belanja dari tiket, maka kita akan tutup,” tegasnya.
Jumlah gerai yang saat ini tersebar yaitu sekitar delapan titik. Namun kedepan untuk mempermudah dan lebih akuntabel, jumlah gerai pembelian tiket hanya di satu lokasi saja. “Nanti kita akan minta ASDP itu buat satu saja. Biar akuntabel ini bisa terukur,” katanya. (azm)