Lombok Tengah (Inside Lombok) – Atap Sekolah SDN 2 Sengkol, Pujut, Lombok Tengah (Loteng) akhirnya ambruk belum lama ini. Tepatnya setelah kondisi atap sekolah itu dilaporkan rusak sejak 2018 silam.
Sekolah tersebut merupakan sekolah yang jaraknya tidak jauh dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Sehingga bangunannya butuh segera diperbaiki untuk kelancaran proses belajar mengajar.
Kepala Sekolah SDN 2 Sengkol, Lalu Muhzar mengatakan kondisi sekolah tersebut diketahui sudah mengalami beberapa kerusakan di bagian atap saat pertama ditugaskan di sana. Pihaknya juga telah melakukan validasi dapodik bersama konsultan dan dinas terkait kerusakan itu.
“Saat ditugaskan di sini tahun 2018 saya melihat kondisi ruangan sekolah di unit satu ini sudah mulai mau ambruk dan sudah bergelombang,” katanya kepada Inside Lombok beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga mengajak beberapa masyarakat untuk bergotong royong bersama-sama memperbaiki atap sekolah yang bergelombang, tetapi masyarakat tidak berani memanjat. “Masyarakat tidak berani memanjat karena takut ambruk. Kalau dirusak sama sekali (semuanya, Red) baru berani,” ujarnya.
Melihat kondisi keuangan sekolah yang bersumber dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang minim di rasa tidak akan cukup untuk memperbaiki kerusakan. “Makanya saya langsung lapor ke Dinas di bagian Dikdas, sehingga diminta divalidasi dapodiknya bersama konsultan tapi sejak saat itu belum ada perbaikan,” ujarnya.
Dikatakan, sejak tahun 2018 ada tiga ruang kelas yang tidak bisa dipergunakan untuk proses belajar mengajar, sehingga tepatnya pada tiga minggu yang lalu atap tersebut akhirnya roboh.
“Robohnya memang tiga minggu yang lalu, tapi kalau bergelombangnya dari tahun 2018 dan memang sudah tidak kita tempat sekitar tiga tahun,” tuturnya.
Pihaknya belum melaporkan kepada Dinas Pendidikan Loteng atas peristiwa robohnya atap dua ruang kelas di sekolah tersebut yang saat kondisinya cukup memprihatinkan. Meski pihak dinas telah memanggil kepala sekolah untuk divalidasi kembali bersama konsultan.
“Kami tidak lapor lagi karena memang kondisinya sudah memang parah, ada informasi untuk diperbaiki, kami di Pujut ada 9 sekolah yang jadi prioritas,” ujarnya.
Ia menjelaskan, saat ini para siswa kelas satu dan kelas dua yang sebelumnya menggunakan ruangan tersebut harus rela belajar di musala dengan fasilitas seadanya. “Sekarang ada yang belajar di musala dan perpustakaan, dengan bangku seadanya,” pungkas Muhzar. (fhr)