28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaDisarpus Lobar Bedah Buku "Historiografi Ulama' Sunyi”, Bahas Sosok Datok Gelogor

Disarpus Lobar Bedah Buku “Historiografi Ulama’ Sunyi”, Bahas Sosok Datok Gelogor

Suasana bedah buku “Historiografi Ulama Sunyi” di kantor Disarpus Lobar. Selasa (28/03/2022). (Inside Lombok/Istimewa).

Lombok Barat (Inside Lombok) – Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Lombok Barat gelar bedah buku “Historiografi Ulama’ Sunyi” yang membahas sosok Datok Gelogor. Bupati pun turut dihadirkan menjadi pembedah.

Selain Bupati, tim penulis serta Lombok Heritage Society (LHS), Ketua NU Lobar sekaligus akademisi UIN Mataram Dr. H Nazzar Naami, Prof H Ady Fadly (Akademisi UIN Mataram) dan Rektor IAI Qomarul Huda Dr. Akhyar Fadli, Kadis Arpus H Saepul Akhkam dan sejumlah kepala OPD, turut hadir membedah buku karya dari Fahrizal Ikrom, Taufan Rahmadi, Dr Abdurrahman, Aeni Ahmad, Budi Hartono, Fendi Lukman dan M. Idrus, Ketua NU Lobar sekaligus akademisi UIN Mataram Dr. H Nazzar Naami, Prof. H. Ady Fadly (Akademisi UIN Mataram) dan Rektor IAI Qomarul Huda Dr Akhyar Fadli. Hadir pula Kadis Arpus H Saepul Akhkam dan sejumlah kepala OPD.

Buku setebal 349 halaman tersebut mengulas tentang kiprah TGH. Nasrudin atau Datok Gelogor. Sosok tokoh ini dinilai tak begitu terdengar gaungnya oleh publik. Padahal kontribusi dan partisipasinya selaku ulama dan warga negara cukup memiliki pengaruh.

Dr. Akhyar Fadli menyampaikan beberapa catatan kepenulisan yang perlu diperhatikan. Selain itu ulasan mengenai silsilah keguruan ilmu Datok Gelogor belum dijelaskan detail. Terlebih, kata dia, Datok Gelogor sendiri diketahui berada di Mekkah sekitar tujuh tahun lamanya.

“Harusnya digambarkan kepada siapa saja Datok belajar ilmu tarekat. Perlu diperbaiki, sebab kalau dilengkapi tentu buku akan semakin menarik” jelas Doktor Akhyar, dalam acara bedah buku tersebut, Senin (18/03/2022).

Dia menilai sesuai judul buku, sosok Datok Gelogor disebut ulama sunyi karena dalam pergerakan menyampaikan ilmu tidak pernah terpublikasi. Walau penyampaiannya tetap melalui majelis-majelis ilmu. Namun, penuturan mengenai perjalanan dan kiprah politik sosok ulama sunyi harus dituturkan terarah.

“Kalau melihat tahun lahir, beliau sudah cukup dewasa 45-47 tahun. Posisi saat itu beliau di mana, dan kalau beliau ada di Gelogor, apa peran Beliau dalam perjuangan. Karana di buku tertuang dan ditulis perlawanan dari masyarakat Gelogor,” paparnya.

Karena saat itu Presiden Soekarno datang ke Gelogor. “Apa yang mendorong dibalik kedatangan Beliau (Soekarno) ke Gelogor kala itu?” Ujarnya. Hal inilah kata dia, perlu penguatan-penguatan kata.

Sementara Bupati Lobar H. Fauzan Khalid turut menyampaikan beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk melengkapi isi buku kedepan. Kata dia, perlu ada elaborasi, supaya judul juga dapat mencerminkan isi. Karena menurut dia, ada informasi yang putus yang sebenarnya ingin disampaikan dalam buku.

“Saya yakin banyak tokoh-tokoh yang mengenal TGH Nasrudin (Datok gelogor). Jadi perlu terus digali semua informasi, minimal memperkaya perspektif penulis sehingga memilih kata tidak terpaku pada dokumen yang ada,” sarannya.

Sementara itu, Fahrizal Ikrom sebagai salah satu penulis buku tersebut menuturkan mengapa mengangkat judul sunyi. Karena menurut dia, gaung Datok Gelogor sebagai ulama tidak terlalu terdengar di permukaan. Namun kontribusi dan partisipasi publiknya sebagai warga negara dan ulama begitu tinggi.

“Maka dari itu kami dari tim penilai Lombok Heritage Society, mengangkat judul buku ini ‘Historiografi Ulama Sunyi’. Itu alasannya,” beber dia.

Dia menyebut, Datok Gelogor sebagai ulama memiliki jaringan sebagai alumni Timur Tengah, Haromain dan eksis begitu lama di Haromain. Setelah pulang kampung dan menjalin jaringan dengan Ormas Islam di Lombok dan Indonesia. Karena sosoknya merupakan ulama yang dinilai tidak anti dan akomodatif terhadap golongan. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer