Lombok Timur (Inside Lombok) – Beberapa hari terakhir ini, ketersedian gas elpiji di Kabupaten Lombok Timur mengalami kelangkaan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lotim akan telusuri penyebab kelangkaan gas elpiji bersubsidi 3 kg.
Kabid Perdagangan Disperindag Lotim, Mirza Sophian mengatakan bahwa ketersedian kuota gas elpiji bersubsidi untuk Kabupaten Lombok Timur masih normal, tanpa adanya pengurangan sedikitpun. Namun, beberapa hari terakhir banyak warga yang melaporkan bahwa ketersediaan gas elpiji 3 kg sulit ditemukan.
“Kita sudah komunikasikan dengan pihak pertamina dan agen, bahwa ketersediaan stok gas elpiji 3 kg masih normal,” ucapnya.
Meskipun dikatakan masih normal. Namun, masyarakat sangat sulit menemukan ketersediaan gas elpiji di lapak pedagang maupun di agen. Untuk itu, Disperindag akan menelusuri penyebab kelangkaan tersebut.
“Kita akan telusuri penyebab kelangkaan gas elpiji di tingkat bawah. Karena kita juga belum tahu apa penyebab kelangkaan tersebut,” jelasnya.
Dikatakannya, akibat dari kelangkaan gas elpiji tersebut. Para petani tembakau yang sudah memasuki masa pengopenan tembakau, beralih mengopen tembakau dengan menggunakan kayu bakar.
“Untuk itu kita akan telusuri, apakah ada penimbunan ataukah kuota untuk Lombok Timur diberikan ke kabupaten yang lain,” ujarnya.
Pihak Disperindag Lotim sudah berkoordinasi dengan pihak Polres Lotim, untuk menelusuri penyebab dari kelangkaan gas elpiji 3kg yang terjadi sekarang ini. Selain itu, akibat dari kelangkaan tersebut, harga gas elpiji 3kg mengalami kenaikan.
Salah seorang warga Lotim, Misah menuturkan bahwa sudah satu minggu lamanya ia kesusahan mencari keberadaan stok gas elpiji. Adapun jika ada yang menjual gas elpiji tersebut, namun harganya lebih tinggi dari sebelumnya.
“Pernah kemarin kita temukan pedagang yang menjual gas elpiji. Namun harganya mencapai Rp23 ribu, yang semula seharga Rp18 ribu,” tutur misah.
Akibat kelangkaan gas elpiji, kini misah sedikit irit dalam penggunaan gas elpiji tersebut. Demi mengirit penggunaan gas tersebut, misah juga memasak dengan tungku menggunakan kayu bakar.
“Kadang saya memasak menggunakan kayu bakar , mengingat gas elpiji sekarang sulit ditemui,” ucapnya.
Misah berharap agar gas elpiji bisa mudah ditemui dengan harga normal seperti biasanya. Ia mengatakan, jika harga terus naik maka ia kan beralih menggunakan kayu bakar untuk memasak.
“Kalau begini terus mau bagaimana lagi. Ekonomi kita sudah merosot akibat covid-19, dan harga kebutuhan seperti gas sekarang mahal. Kita sebagai masyarakat yang ekonomi lemah, mau tidak mau harus menggunakan kayu bakar,” pungkasnya.