Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, kenaikan harga tomat dari Rp2.000 per kilogram menjadi Rp7.000 per kilogram, yang terjadi saat ini dipicu karena kurangnya pasokan.
“Untuk tomat pasokan kita saat ini hanya 857 kilogram, biasanya pasokannya di atas itu,” kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Selasa.
Menurutnya, penurunan pasokan tersebut disebabkan produksi tomat mulai berkurang karena masuknya musim hujan, dan beberapa petani sudah mulai persiapan menanam padi sehingga area tanam juga berkurang.
Apalagi pertani di Kota Mataram yang menanam tomat sangat minim, rata-rata petani kota lebih banyak menanam cabai dan berbagai jenis sayuran seperti kol, selada, bayam, sayur, pakcoy dan lainnya.
“Yang nanam tomat ada, tetapi jumlahnya sangat kecil dan itupun ditanam di sela menanam cabai atau sayuran lainnya. Karena itu, rata-rata pasokan tomat di datangkan dari luar kota,” katanya.
Di sisi lain, Mutawalli tidak dapat menyebutkan kalau kenaikan harga tomat ini terjadi karena permainan pengepul, sebab tomat bukan merupakan jenis tanaman yang tahan lama.
“Kenaikan harga tomat, murni karena pasokan. Penimbunan, kemugkinannya sangat kecil sebab kalau tomat disimpan lama akan busuk,” katanya.
Di sisi lain, tambah Mutawalli, antara harga cabai dan tomat selalu begitu. Artinya, jika harga tomat turun maka harga cabai yang naik. Sebaliknya, kalau harga tomat naik harga cabai yang turun.
Saat ini harga cabai sudah mulai turun dari angka di atas Rp40.000 per kilogam, kini sudah menjadi Rp25.000 per kilogram untuk jenis cabe rawit merah dengan jumlah apsokan 675 kilogram.
Begitu juga dengan cabai merah besar harganya Rp15.000 per kilogram dengan pasokan 675 kilogram, sedangkan cabai rawit hijau harganya Rp15.000 per kilogram dengan jumlah pasokan saat ini 200 kilogram. (Ant)