Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, akan mencanangkan agrowisata hortikultura di kawasan Rembiga dengan luas lahan sekitar 1,3 hektare sebagai objek wisata dengan konsep pertanian hortikultura terpadu.
“Areal agrowisata tersebut, Insya Allah akan diresmikan oleh Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh dan dibuka untuk umum mulai besok (Rabu 2/9),” kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Selasa.
Menurutnya, di atas areal 1,3 hektare, kawasan agrowista itu saat ini ditanami berbagai tanaman hortikultura jenis buah-buahan unggulan antara lain, belimbing, jambu kristal, jeruk, pepaya dan lainnya.
“Jadi masyarakat yang ingin beli buah sambil berwisata bisa datang langsung dan memetik sendiri,” katanya.
Dikatakan, keberadaan agrowista tersebut menjadi salah satu bentuk realisasi jargon pertanian kota yang selama ini fokus mengembangkan tanaman hortikultura. Selain sayur-sayuran, hotrikultura untuk buah-buahan juga mulai dikembangkan.
“Ini merupakan awal pengembangan pertanian hortikultura untuk buah-buahan, karena untuk jenis sayuran sudah dikembangkan secara masif baik dengan teknologi hidroponik maupun media tanah (konvensional),” katanya.
Mutawalli mengatakan, areal agrowista di kawasan Rembiga itu dikelola oleh seorang pengusaha dari luar kota, yang sehari-harinya berjualan buah-buahan namun didatangkan dari Pulau Jawa.
“Kemudian dia berpikir, mendatangkan buah-buahan dari luar daerah selain biaya operasionalnya tinggi, risiko kerusakan juga besar. Karena itu dia berinisiatif untuk menanam buah-buahan tersebut di areal yang disewa selama 20 tahun,” katanya.
Dalam hal ini, Dinas Pertanian memberikan dukungan dalam bentuk teknologi dan bimbingan, serta pengamatan terhadap hama penyakit yang berpotensi menyerang tanaman.
Bahkan, belum lama ini pihaknya telah memberikan dua mesin sedot air untuk memenuhi kebutuhan air selama musim kemarau. Kawasan Rembiga memang menjadi salah satu wilayah potensi kekeringan.
“Untuk modal bantuan, kita memang tidak bisa berikan sebab biaya operasional pengembangan tanaman buah cukup besar sementara kita tidak ada anggaran,” katanya.
Lebih jauh Mutawalli mengatakan, apabila program agrowisata di kawasan tersebut bisa maju dan berkembang pesat, ke depan areal tersebut akan ditambah untuk pengembangan tanaman hortikultura untuk jenis bunga.
“Jadi satu areal akan dijadikan tanaman bunga, agar bisa memberikan dampak ekonomi lebih. Apalagi saat ini, masyarakat senang berswafoto di tempat-tempat baru,” katanya. (Ant)