28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaDKP NTB: Minyak “Jelengan” Bisa Jadi Solusi Atasi Kelangkaan Minyak Goreng

DKP NTB: Minyak “Jelengan” Bisa Jadi Solusi Atasi Kelangkaan Minyak Goreng

Mataram (Inside Lombok) – Menyikapi lonjakan harga dan kelangkaan minyak goreng saat ini, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi NTB mengajak masyarakat menggunakan minyak curah lokal atau minyak jelengan. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan minyak goreng subsidi yang diprogramkan pemerintah.

Kepala DKP NTB, H. Fathul Gani menerangkan minyak goreng menjadi satu-satunya persoalan pangan strategis di NTB belakangan ini. Selain harga mengalami lonjakan, ketersediaan minyak goreng juga masih sulit didapatkan konsumen, terutama pada tingkat retail.

Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, kelangkaan minyak goreng subsidi memang terkendala di tingkat distributor. “Solusi yang kita tawarkan, dan ini kembali ke UMKM istilah kita minyak jelengan. Jadi kita bisa beralih, walaupun situasi seperti ini prosesnya agak lama, tetapi dampaknya akan luar biasa,” ungkap Fathul, Kamis (10/3).

Terlebih hampir sebagian masyarakat di Lombok sudah terbiasa membuat minyak jelengan. Bahkan mereka terbiasa menggunakan minyak tradisional buatan sendiri, meskipun peminatnya tidak banyak.

Dari segi rasa, minyak jelengan dengan minyak produksi pabrik memang ada perbedaan. Namun dalam kondisi seperti sekarang, minyak jeleng disebutnya bisa menjadi solusi memenuhi kebutuhan masyarakat untuk minyak goreng.

“Bahkan cenderung masyarakat di pedesaan tidak mengalami kesulitan mencari minyak goreng, karena sudah terbiasa mengolah kelapa menjadi minyak goreng,” terangnya. Cara tersebut menurut Fathul cukup efektif mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak kemasan.

Diakuinya, meskipun pemerintah sudah memberikan kuota untuk minyak goreng subsidi di masing-masing distributor di daerah, termasuk NTB. Namun sampai saat ini persoalan kelangkaan masih menghantui masyarakat.

“Kalau minyak jelengan bisa diproduksi banyak, seiring dengan tingginya produksi kelapa NTB. Sedangkan kemasan tidak bisa, apalagi di kondisi sekarang,” terangnya. Dikatakan, ada solusi lain yang ditawarkan yakni mengurangi penggunaan minyak goreng dalam jumlah banyak atau berlebihan, karena berpengaruh terhadap kesehatan. Banyak jenis pangan yang bisa dibuat masyarakat tanpa harus menggunakan minyak goreng.

“Mau tidak mau kita harus mengurangi penggunaan minyak goreng, karena kita tahu kandungan-kandungan minyak goreng ini. Jadi kembali ke diversifikasi pangan dan pola makan yang sehat,” imbuhnya.

Sebagai informasi kebutuhan NTB untuk minyak goreng sebesar 1,7-2,2 juta liter per bulan atau sekitar 50-60 ribu liter per hari. Sementara kondisi saat ini dari laporan yang diterima pihaknya pasokan yang masuk ke NTB paling tinggi 5 kontainer untuk satu distributor. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer