Lombok Tengah (Inside Lombok) – Proses seleksi Tes Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pelayanan Akomodasi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahap 2 menuai sorotan setelah seorang peserta tidak dinyatakan lulus padahal perolehan nilai Computer Assisted Test (CAT) meraih skor tertinggi dibandingkan peserta lain.
Berdasarkan dokumen hasil seleksi yang diterima redaksi, salah satu peserta seleksi inisial L tercatat meraih skor CAT 47,4 dari 79 jawaban benar atas 100 soal dan berada di peringkat pertama nilai CAT. Namun, dalam pengumuman akhir ia dinyatakan tidak lulus karena memperoleh nilai wawancara rendah, sehingga kalah secara akumulatif dari peserta lain yang nilai CAT-nya lebih rendah.
“Dalam sesi wawancara dilakukan secara kolektif bersama lima peserta lain karena proses seleksi berlangsung hingga sekitar pukul 19.00 WITA,” jelas L. Berdasarkan pengakuannya, ada lima peserta seleksi mendapat pertanyaan yang sama terkait tugas dan tanggung jawab pelayanan akomodasi.
Saat sesi wawancara pun L menjawab secara rinci, sistematis, sesuai petunjuk teknis, dan berdasarkan pengalaman lapangan.”Saat saya menjawab, penguji bahkan mengangguk sebagai tanda memahami dan menyetujui penjelasan saya,” imbuhnya.
Menurutnya, kejanggalan muncul setelah pengumuman hasil seleksi. Salah satu peserta dalam kelompok wawancara yang sama memperoleh nilai wawancara 98,8, sementara ia hanya mendapatkan 47,4 dan tiga peserta lainnya berada di kisaran 38–40. “Saya menilai perbedaan nilai tersebut tidak sebanding dengan kualitas jawaban yang disampaikan saat wawancara,” imbuhnya.
Atas hasil itu ia pun menyoroti kurangnya transparansi panitia, terlebih di awal pengumuman hanya disampaikan nilai akhir dan status kelulusan tanpa rincian nilai CAT dan wawancara. Rincian nilai baru diperoleh setelah L bersama suaminya mendatangi kantor Kementerian Agama untuk meminta klarifikasi.
“Dari data itulah terlihat jelas bahwa nilai CAT saya tertinggi, sementara peserta yang lulus memiliki nilai CAT di bawah saya, tetapi nilai wawancaranya sangat tinggi dan tidak sebanding dengan kualitas jawaban saat wawancara berlangsung,” ungkapnya.
Diketahui, dalam seleksi tersebut terdapat dua pewawancara, yakni mantan Rektor Universitas Mataram dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag NTB. L pun telah menyampaikan keberatan secara resmi dan meminta evaluasi serta klarifikasi atas proses seleksi yang berlangsung. “Saya menyampaikan ini dengan penuh hormat dan kejujuran. Saya hanya ingin keadilan dan transparansi dalam proses seleksi,” ujarnya.

