Mataram (Inside Lombok) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTB proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2022 tumbuh di angka 5,2-6,2 persen. Angka tersebut dilihat dengan kondisi Covid-19 yang terus membaik serta adanya event internasional mampu mendongkrak ekonomi NTB.
KPw BI NTB, Heru Saptaji mengatakan jika dilihat secara triwulanan pada posisi triwulan 4 tahun 2021 kemarin ekonomi NTB tetap tumbuh sebesar 3,16. Sedangkan secara keseluruhan sepanjang 2021 pertumbuhan ekonomi mencapai 2,30 persen. Karena pada posisi triwulan 1 2021 masih mengalami kontraksi sebesar 1,18 persen. Sehingga capaiannya tidak terlalu besar dari proyeksi sebelumnya, meskipun pada akhir tahun lalu ada event nasional yang mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan 4 tahun 2021. Tetapi pihaknya masih optimis bisa mencapai lebih besar lagi di 2022 ini.
“Tahun 2022 triwulan I ini kemungkinan akan sangat tinggi angka pertumbuhan ekonomi. Kita kisaran mungkin 4,5 – 5,5 persen, proyeksi tahun ini 5,2 – 6,2 persen,” ujar Heru, Senin (11/4).
Menurut Heru, angka tersebut menjadi awal yang bagus untuk pertumbuhan ekonomi NTB yang kian menunjukkan perbaikan di 2022 ini. Jika dibandingkan triwulan I tahun ini dengan triwulan I 2021 kemarin masih jauh, karena pada saat itu mengalami kontraksi 1,18 persen. Jadi triwulan I 2022 saja lonjakannya sudah sangat bagus.
“Banyak faktor yang menyebabkan, kita punya di awal stabilitas pengendalian covid-19 semakin baik, vaksinasi meningkat, sehingga mobilitas masyarakat meningkat,” tuturnya.
Selain itu ada dari sisi transportasi, perdagangan mulai meningkat. Kemudian NTB memiliki event-event besar yang sudah maupun akan diselenggarakan. Di mana itu menimbulkan sisi-sisi yang sebelumnya kontraksi seperti sektor akomodasi, hotel, restoran dan sebagainya sudah semakin naik seiring dengan tingkat okupansi yang terisi penuh.
“Kita punya event world superbike sebelumnya, MotoGP, MXGP, nanti event berikutnya juga ada. Mudah-mudahan akan terakumulasi menjadi suatu sumber pertumbuhan ekonomi yang meningkat bagi NTB,” jelasnya.
Dikatakan yang perlu menjadi tantangan saat ini adalah seiring pertumbuhan ekonomi yang meningkat tentunya aspek pengendalian inflasi harus juga diperbaiki. Karena jika pertumbuhan ekonomi tinggi, biasanya tekan inflasi juga akan tinggi. Oleh karena itu tekan inflasi yang coba ditekan akan tidak terlalu tinggi adalah melalui operasi pasar menyediakan berbagai kebutuhan pokok masyarakat.
“Untuk mencerminkan bagaimana ekspektasi masyarakat dalam berbelanja menjadi terarah, secara bijak dan cermat didalamnya,” tandasnya. (dpi)