Lombok Barat (Inside Lombok) – Tradisi bau keke atau menangkap kerang adalah salah satu tradisi unik dari masyarakat pesisir di Desa Lembar. Festival Bau Keke yang pertama kali digelar di Pantai Serpiq, Dusun Kebon Bongor, Desa Lembar pada Minggu (16/7) kemarin pun sukses menarik minat wisatawan.
Keke sendiri dalam Bahasa Indonesia berarti kerang. Di Lembar keke dengan mudah ditemui di wilayah pesisir, terutama saat air laut surut. Aktivitas bau keke sendiri kerap dilakukan warga setempat, dan kini menjadi salah satu aktivitas wisata yang bisa dilakukan saat berkunjung ke Lembar.
Kades Lembar, Sainah dalam pembukaan Festival Bau Keke mengaku pihaknya terpikir mengangkat keunikan ini menjadi sebuah kegiatan atau atraksi wisata yang menarik untuk mengundang pengunjung datang ke Desa Lembar. Sehingga sektor pariwisata bisa menjadi salah satu penggerak roda ekonomi masyarakat, selain bertani dan nelayan yang banyak digeluti masyarakat Lembar saat ini.
Adanya Festival Bau Keke diharapkannya bisa menjadi titik awal pertumbuhan ekonomi di Desa Lembar. “Event Bau Keke ini kami awali karena banyak sekali kegiatan yang berkaitan dengan perekonomian masyarakat menarik untuk dijadikan atraksi. Karena memiliki daya tarik untuk menggaet para pengunjung datang ke Desa Lembar,” jelas dia.
Selain kegiatan bau keke yang menjadi tajuk festival ini, sejumlah atraksi seperti gendang beleq, festival layangan, hingga peresean pun turut memeriahkan. Lapak-lapak kuliner tradisional khas masyarakat setempat pun disajikan dalam event tersebut.
Gubernur NTB, Zulkieflimansyah yang turut hadir sekaligus membuka secara resmi festival itu mengapresiasi langkah Pemdes Lembar yang berani mengeksplorasi potensi wisata daerahnya. “Perjalanan panjang harus dimulai dengan keberanian mengayunkan langkah pertama, dan kepala desa kita sudah berani mengambil risiko mengayunkan langkah pertama itu,” ujarnya.
Menurutnya, Festival Bau Keke seharusnya bisa menjadi pemantik munculnya event-event lain yang bisa diadakan di tempat yang sama. Sehingga keberadaan Desa Lembar sebagai salah satu desa wisata di Lobar bisa lebih dikenal lagi dan dikunjungi lebih banyak wisatawan.
Gubernur juga berpesan agar masyarakat Desa Lembar jangan mudah menyerah untuk berusaha membangun perekonomian mereka melalui kepariwisataan seperti ini. Menurutnya tidak ada keberhasilan tanpa adanya rintangan yang harus dihadapi.
“Semua pejuang, pahlawan tidak ada yang jalannya penuh dengan hal-hal landai saja, perlu dibumbui dengan masalah, perlu ada kekurangan, kekecewaan. Tapi keberanian kita meretas jalan baru, mengayunkan langkah pertama akan menarik keberhasilan-keberhasilan berikutnya,” pungkas dia.
Di tempat yang sama, Kadispar Lobar, M. Fajar Taufik mengatakan Festival Budaya Bau Keke ini merupakan atraksi yang bernuansa kearifan lokal yang bernilai dan penting untuk dilestarikan. “Dengan keunikan ini, kita harapkan (Festival Budaya Bau Keke) masuk menjadi kalender event NTB ke depannya,” harapnya.
Dirinya juga mengimbau kepada semua pihak untuk terus berkolaborasi, bahu membahu, serta saling membantu untuk keberlanjutan pariwisata di Lombok Barat. “Tunjukkan bahwa kita adalah tuan rumah yang ramah dengan destinasi-destinasi yang indah, aman dan layak dikunjungi wisatawan. Promosikan itu melalui berbagai fasilitas yang memungkinkan seperti media massa, media sosial, dan media lainnya,” tutupnya. (yud)