Mataram (Inside Lombok) – Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menegaskan kegiatan tes cepat (rapid test) dan tes usap (swab) COVID-19 di pasar tradisional mempunyai dampak ekonomi.
“Risiko kalau kita melakukan rapid test ataupun tes usap di pasar tradisional cukup besar salah satunya dampak ekonomi,” kata Anggota Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota Mataram sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Kamis.
Dampak ekonomi yang dimaksudkan seperti kejadian Selasa (28/7), katanya, baru sebatas informasi akan dilakukan tes usap massal bagi sekitar 300 pedagang dan pembeli di Pasar Kebon Roek, sekitar 50 persen pedagang tidak berani datang berjualan begitu juga dengan pembeli.
“Itu baru sekedar informasi dari media saja, bagaimana jika benar dilakukan kan kasihan. Sementara kita ketahui, pedagang di Pasar Kebon Roek hampir 60 persen datang dari luar Kota Mataram,” katanya.
Dikatakan, pasar merupakan usaha kecil menengah (UKM) yang harusnya dapat terus didukung untuk memperkuat dan membantu perputaran ekonomi masyarakat di tengah pandemi COVID-19.
Apalagi, Presiden RI Joko Widodo sudah membentuk komite COVID-19 dan komite ekonomi untuk menyusun dan melaksanakan berbagai program pemulihan ekonomi saat pandemi COVID-19.
Menurut dia, tes usap massal di pasar tradisional untuk saat ini belum mendesak, namun bukan berarti menolak.
“Kalau ada pedagang yang positif COVID-19, kita juga tidak mungkin menutup pasar. Apa jadinya kalau pasar kita tutup,” katanya.
Terkait dengan itu, lanjut Usman, dalam hal ini sebaiknya aparat lebih tegas melakukan pengawasan dan penerapan protokol COVID-19 di pasar tradisional terutama tertib menggunakan masker.
“Berikan sanksi bagi pedagang atau pembeli yang tidak menggunakan masker. Ini akan lebih baik daripada dilakukan tes cepat maupun tes usap COVID-19,” katanya. (Ant)