Mataram (Inside Lombok) – Memasuki tahun ajaran baru ini SDN 36 Ampenan hanya mendapatkan empat orang siswa dari pendaftaran peserta didik baru (PPDB) kemarin. Meski begitu, kegiatan belajar mengajar di sana tetap berjalan seperti biasanya.
Wali Kelas I di SDN 36 Ampenan, Masrahuddin mengatakan minimnya siswa yang mendaftar ke sekolah itu udah terjadi beberapa tahun terakhir. Bahkan total siswa yang ada di SDN tersebut dari kelas 1 hingga kelas VI yaitu hanya 33 orang.
Dirincikan, kelas 1 sebanyak empat siswa, kelas II sebanyak empat siswa dan Kelas III sebanyak empat siswa. Untuk kelas IV sebanyak satu siswa, kelas V sebanyak 14 siswa dan kelas enam yaitu enam siswa. “Tahun ini ada empat orang kita dapat siswa,” katanya Kamis (1/8) pagi.
Beberapa faktor yang menyebabkan calon peserta didik mendaftarkan diri ke SDN 36 Ampenan. Misalnya, konflik antar kampung menjadi salah satu penyebabnya. Konflik yang terjadi berdampak pada penutupan akses masuk ke sekolah tersebut. Dengan kondisi yang terjadi, para orang tua memilih untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah yang lain. “Itu pernah dulu terjadi konflik. Tapi baru-baru ini terjadi kembali dan akhirnya di tembok dan banyak memilih ke sekolah yang lain,” katanya.
Dikatakan Masrahuddin, selain karena faktor penutupan akses masuk, usia anak untuk sekolah dasar di lingkungan tersebut sangat minim. Usia sekolah di lingkungan atau zonasi tersebut lebih banyak sudah berada di jenjang SMP dan SMA. “Itu yang kurang usia sekolahnya. Kebanyakan usia anak SMA,” ucapnya.
Selama ini, para guru juga terbatas untuk melakukan promosi. Sekolah tersebut juga tidak terdeteksi di pencarian lokasi. “Tidak masuk google map juga ini. Jadi pas kita posting tidak terdeteksi SDN 36 Ampenan,” katanya.
Keuntungan yang didapatkan dengan jumlah siswa yang minim yaitu guru bisa lebih fokus mengajar. Karena ruang kelas bisa diatur sehingga para siswa nyaman dan seperti les private. “Jadinya seperti les pribadi karena jumlah siswa sedikit,” tegasnya.
Namun disisi lain, kondisi tersebut berdampak pada dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang diterima. Minimnya dana BOS tersebut menyebabkan sekolah tidak berani untuk menambah jumlah pendidik. “Sekarang ini ada delapan guru. Ada satu yang honor disini yang lainnya sudah ASN,” ungkapnya.
Padahal dari jumlah tenaga pendidik, SDN 36 Ampenan masih kekurangan guru khususnya untuk materi olahraga. Karena keterbatasan tersebut, pihak sekolah melaksanakan olahraga secara bersama-sama setiap hari Sabtu. “Kita masuk itu April. Baru lengkap jumlah gurunya. Baru dibagi ke masing-masing kelas dan mata pelajaran. Kalau dulu-dulu itu digabung,” katanya. (azm)