Lombok Timur (Inside Lombok) – Harga beras beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan hingga menyentuh angka Rp17 ribu per kilogram (kg) untuk jenis yang premium. Kenaikan harga beras khususnya di Lombok Timur (Lotim) dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya petani yang menjual gabah kepada pengepul dari luar daerah.
Kabag Ekonomi Sekretariat Daerah (Setda) Lotim, Lalu Mustiarep mengatakan sebelumnya ada El Nino yang mempengaruhi kondisi cuaca hingga produksi padi di daerah berkurang. Namun di luar itu hasil produksi gabah yang ada juga secara besar-besaran dijual ke pengepul luar daerah oleh para petani.
“Harga beli oleh pengepul luar daerah yang lebih tinggi dibandingkan pengepul lokal dan Bulog, membuat petani lebih memilih menjualnya ke pengepul luar daerah,” ujarnya, Senin (4/3).
Adanya pembelian gabah petani oleh pengepul dari luar daerah membuat Mustiarep berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov ) NTB agar dapat membuat Peraturan Gubernur (Pergub) yang dapat mengatur pembeliannya. Menurutnya, sebelum stok beras Bulog tercukupi, maka penjualan gabah ke luar daerah perlu dibatasi. “Kita akui juga stok beras kita di Lotim masih aman meski mengimpor dari luar,” katanya.
Terpisah Asisten II Setda Lotim, Ahmad Masfu juga mengakui harga yang dikeluhkan masyarakat menembus angka Rp18 ribu per kg. Namun harga itu ditemukan terjadi pada tingkat desa oleh para pengecer dan tidak terjadi di pasaran. “Harga yang kami temukan di pasar tidak ada yang Rp18 ribu, dan kami sudah cek kalau harga di pasar mencapai Rp16 ribu,” ungkapnya.
Dalam menstabilkan harga beras itu sendiri, Pemda Lotim bersama dengan Bulog mengadakan pasar murah yang tersebar di 18 titik dengan lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Kegiatan itu akan terus berlangsung sampai dengan awal semester II di 2024 ini.
“Ini kita lakukan untuk menstabilkan harga bahan pokok utamanya beras pada bulan Ramadan hingga lebaran tiba dengan melihat kondisi anggaran. Akan tetapi pasar murah akan terus dilakukan pasca bulan Ramadan,” pungkasnya. (den)
