29.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaHarga Gabah dan Beras di Loteng Kompak Naik

Harga Gabah dan Beras di Loteng Kompak Naik

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Dinas Pertanian Lombok Tengah (Loteng) menegaskan saat ini harga gabah sudah mulai mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan banyak gabah petani yang dikirim ke luar daerah.

Kepala Dinas Pertanian Loteng, Taufikurrahman menyampaikan meski ada kenaikan harga gabah, pihaknya menyambut baik karena sangat menguntungkan petani. Diakui, saat ini banyak para petani yang sudah mulai melakukan panen padi, dan saat ini harga gabah (padi) pada musim tanam pertama ini mengalami kenaikan.

“Harga gabah saat ini ada kenaikan dari harga dasar gabah itu Rp420 ribu per kwintal tapi kini sudah naik menjadi Rp550 ribu per kwintal, dan kenaikan harga gabah ini tentu akan menguntungkan para petani,” katanya, Rabu kemarin (15/2/2023).

Dikatakan, kenaikan harga gabah petani mengalami karena saat ini baru musim panen pertama dan banyak gabah petani di Loteng yang dijual ke luar daerah. Namun pihaknya memastikan hingga saat ini stok untuk gabah di Loteng masih terbilang aman.

“Saat ini para saudagar bahkan banyak yang sudah mulai turun untuk membeli gabah para petani ini, dan kita akui karena ini pasar bebas maka banyak gabah kita yang dijual ke luar daerah. Tapi meski begitu stok gabah kita tetap aman, apalagi masih banyak lahan padi milik petani yang belum panen,” ujarnya.

Berdasarkan data sementara, luas lahan tanaman padi yang telah dipanen sekitar 200 hektare dari total luas lahan di Loteng, yang mencapai 41.000 hektare. Sedangkan hasil produksi gabah saat ini mencapai 5,5 kwintal dalam satu hektare.

“Total produksi hasil panen saat musim pertama itu diperkirakan mencapai 220.000 ton dan target dalam setahun hingga mencapai 400.000 ton,” bebernya.

Menurutnya, dengan mahalnya harga gabah maka berimbas juga dengan harga beras di pasaran, dimana harga beras di pasaran saat ini juga mengalami peningkatan dari Rp10.000 per kilogram naik menjadi Rp 12.000 atau lebih.

“Ini juga sebenarnya ada kaitannya dengan musim hujan yang membuat banyak gabah petani yang masih belum kering. Maka tidak menutup kemungkinan itu menjadi salah satu penyebab juga,” pungkasnya. (fhr)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer