Lombok Timur (Inside Lombok) – Harga kedelai di pasaran saat ini mengalami kenaikan. Dampak kondisi ini sangat dirasakan oleh para pengusaha tahu tempe. Sehingga jumlah produksi terpaksa dikurangi hingga 50 persen dari biasanya.
Salah seorang pengusaha tahu tempe di Lotim, Asniatun mengaku sangat merasakan dampak kenaikan harga kedelai. Produksinya saat ini sangat jauh berkurang akibat melambungnya harga kedelai di pasaran.
Biasanya ia mampu memproduksi hingga 40 petak dalam sehari. Namun, sekarang produksi turun sekitar 50 persen. “Sekarang kita hanya mampu produksi setengah dari biasanya,” katanya, Jumat (25/02).
Asniatun menceritakan bahwa saat ini harga kedelai di pasaran mencapai Rp11 ribu per kilogram dari harga semula yakni Rp9,5 – 11 ribu. Hal itu tentunya berdampak juga pada harga tahu produksinya.
“Harga tahu juga ikut naik, jadi untuk menghindari produksi kita tidak habis, maka kita memproduksi sesuai pesanan saja sekarang,” jelasnya. Bahkan karena harga kedelai yang menjadi bahan baku naik, ia terpaksa mengurangi jumlah karyawannya untuk menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatannya saat ini.
Salah seorang pedagang tahu keliling, Saiful menuturkan bahwa harga tahu kini mengalami kenaikan dari 12 biji seharga Rp10 ribu menjadi 8 biji seharga Rp10 ribu. Hasil dagangannya pun ikut berdampak, yang biasanya terjual sebanyak satu ember, sekarang tak sampai setengahnya.
“Harga kedelai naik jadi otomatis tahu tempe juga ikut naik,” tuturnya. Untuk itu, Saiful dan para pengusaha tahu tempe maupun pedagang berharap kepada pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran. Sehingga produksi maupun harga tahu tempe bisa normal seperti biasanya. (den)