Lombok Barat (Inside Lombok) – Di tengah gejolak yang muncul dari sebagian orang tua siswa di Lombok Barat terkait kebijakan penggunaan pakaian adat yang dirasa memberatkan, anak-anak justru merasa senang. Terutama karena mereka kini sekolah bisa menggunakan pakaian adat sebagai bentuk pelestarian kebudayaan.
Namun, sebagian guru juga mengusulkan agar penggunaan pakaian adat lebih baik dilakukan saat hari Sabtu. Agar tidak membuat para siswa kewalahan di hari-hari biasanya, terlebih ketika berbarengan dengan jadwal olahraga.
Seperti yang diutarakan oleh Kepala Sekolah SDN 2 Lingsar, Faridi, saat ditemui di sekolahnya. Sejauh ini ia mengaku belum ada protes dari para orang tua murid yang merasa keberatan terkait kebijakan tersebut.
“Kalau dari muridnya sendiri sih antusias sekali, tetapi dari wali murid belum kita dengar keluhannya. Karena pemakaiannya baru hari ini,” ungkapnya.
Dirinya pun tak memungkiri bahwa kebijakan penggunaan pakaian adat bagi anak sekolah menjadi salah satu cara merawat kebudayaan. Khususnya agar tak terus terkikis oleh zaman.
“Ya bagus sekali untuk melestarikan budaya. Cuma untuk Lombok Barat, kita minta supaya ndak hari Selasa (penggunaannya), kalau bisa ya hari Sabtu. Soalnya hari Selasa kuta full sampai jam 14.00 Wita, jadi panas,” ketusnya.
Di hari pertama penggunaan pakaian adat itu, terlihat anak-anak sekolah begitu antusias. Bahkan tidak hanya menggunakan pakaian adat lambung, tetapi banyak juga mereka yang berkebaya.
Juanda Aditya, salah seorang murid kelas V di SDN 2 Lingsar pun mengaku senang bersekolah menggunakan pakaian adat. “Ya (senang pakai baju adat), ndak ngerasa panas,” ujarnya singkat.
Ia pun menuturkan bahwa dirinya bisa memasang sapuk sendiri. Dan senang bisa menggunakan pakaian adat yang dimilikinya tersebut. (yud)