Mataram (Inside Lombok) – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hamzar Lombok Timur mewisuda 121 mahasiswa dalam Sidang Senat Terbuka, Wisuda dan Pengambilan Sumpah yang dilangsungkan, Selasa (27/12) di Mataram. Dengan ratusan lulusan per tahun, STIKES Hamzar Lombok Timur juga membuka peluang bagi para alumni tenaga kesehatan yang dihasilkan untuk bekerja di 15 negara yang sudah membuka kerja sama.
Wisuda ini pun dihadiri oleh LLDIKTI wilayah 8, Asisten III Pemprov NTB, PPNI NTB, PPNI Lotim, IBI provinsi, TNI AL, TNI AU, TNI AD, Polda NTB, Ketua Dewan Pembina Yayasan Maraqitta’limat beserta jajarannya.
“Kita dalam setahun ini wisuda sudah dua kali, dan hari ini dari S1 Ilmu Keperawatan, S1 Pendidikan Bidan, D3 Kebidanan, Profesi Ners dan Profesi Bidan,” kata Ketua STIKES Hamzar, Drs. H. M. Nagib, usai acara wisuda di hotel Lombok Raya Mataram, Selasa (27/12/2022).
Jumlah wisudawan di masing-masing prodi di antaranya, S1 Ilmu Keperawatan sebanyak 52 orang, S1 Pendidikan Bidan 11 orang, D3 Kebidanan 13 orang, Profesi Ners 42 orang dan Profesi Bidan sebanyak 3 orang wisudawan. Kata Nagib, terdapat juga mahasiswa yang selama ini memperoleh beasiswa dan telah berhasil lulus.
“Wisudawan ini ada 7 orang yang merupakan mahasiswa penerima beasiswa yayasan, beasiswa bidik misi korban gempa 4 orang dan beasiswa bidik misi 3 orang,” terangnya.
Dengan banyaknya lulusan yang dihasilkan setiap tahunnya dan melihat rencana pemerintah untuk meniadakan tenaga honorer mulai 2023 mendatang. Sedangkan kenyataan di lapangan bahwa tenaga honorer paling banyak adalah tenaga kesehatan (nakes) dan guru. Ia menjelaskan bahwa, pihak Yayasan telah menyiasati hal ini dengan menyiapkan program kerja untuk para alumni bisa berkarir di luar negeri.
“Sangat besar peluang bagi para alumni kita ini untuk bisa bekerja di luar negeri, apalagi yayasan sudah bekerjasama dengan 15 negara,” ungkapnya. Sehingga pihaknya telah mempersiapkan para lulusan yang memiliki daya saing untuk bisa diserap dunia kerja.
Namun yang selama ini menjadi kendala adalah masih belum terbukanya pemikiran orang tua untuk melepas anaknya bekerja di luar negeri. “Yang sekarang ini masih jadi kendala kita itu budaya kita di sini, karena orang tua masih sangat berat mengizinkan anaknya untuk bekerja di luar negeri dan anaknya juga berat meninggalkan orang tuanya,” tutur Nagib.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Maraqitta’limat TGH. Hazmi Hamzar, bahwa yang menjadi kendala adalah belum tersampaikannya dengan baik program kerjasama pengiriman alumni untuk bekerja ke luar negeri tersebut kepada para orang tua. Karena pihaknya telah menandatangani kontrak kerjasama untuk memberi peluang kerja yang besar bagi para alumni, itu bukan lah hal yang mudah.
“Ini ke luar negeri, ke Singapura, ke Malaysia saja ndk dibolehkan padahal mereka ke sana untuk bekerja sebagai profesional dan legal,” ujarnya.
Padahal, kata dia, bila mereka ingin bekerja ke luar negeri jaminan dan gaji yang bisa diperoleh jauh lebih besar. Bahkan, Singapura saat ini disebutnya membutuhkan 10 ribu tenaga kesehatan profesional.
“10 ribu yang dibutuhkan, tapi masyarakat kita ndak mau melepas anaknya ke sana. Padahal gajinya besar, fasilitasnya bagus, itu kesulitan kita,” imbuh pria yang juga menjadi anggota DPRD provinsi NTB ini.
“Belanda ngasih gaji sebulan Rp40 juta, tapi kok kita lebih memilih gaji yang hanya Rp600 ribu,” herannya. Sehingga pihak yayasan disebutnya telah bekerjasama dengan PPMI dan juga organisasi profesi Nakes untuk memaksimalkan BLK yang sudah dimiliki.
“BLK kita di Hamzar sekarang ini sudah menjadi BLK mandiri, nanti fasilitasnya akan kita perbanyak,” terangnya. Bahkan muncul wacana, pusat pelatihan untuk bekerja ke luar negeri akan dipusatkan di BLK Hamzar. Karena di sana mereka akan diberikan pelatihan terkait segala sesuatu yang dibutuhkan, seperti bahasa, hingga IT.
“Alumni kita sangat berpotensi dikirim ke luar negeri dan itu pemerintah yang memberangkatkan, bukan sembarang orang,” jelasnya.
Ia berpesan kepada para alumni dan orang tua untuk tidak perlu khawatir karena program tersebut legal dan diawasi pemerintah dengan penempatan kerja yang juga jelas. Karena sejauh ini, sudah banyak alumni Hamzar yang telah dikirim dan bekerja di luar negeri. Namun pihaknya ingin agar program tersebut bisa berjalan lebih maksimal. (yud)