Lombok Timur (Inside Lombok) – Usaha kerajinan di Lombok Timur (Lotim) mulai bergeliat kembali di tengah pandemi Covid-19. Potensinya sendiri cukup besar. Bahkan produksi pelaku usaha kerajinan sudah mampu menembus pasar nasional.
Seperti diceritakan Perla Laela, salah seorang pengrajin kerajinan rajut yang ada di Kecamatan Selong, Lotim. Siapa sangka kerajinan rajut yang diproduksinya telah telah dikirim ke beberapa daerah di Indonesia.
Produk yang dihasilkan Laela antara lain rajutan tas, sepatu, baju anak, boneka dan gift. Harga yang ditawarkan untuk masing-masing produk disesuaikan dengan jenis bahan, tingkat kesulitan, dan ukurannya.
Sementara untuk pemasarannya sendiri dilakukan melalui sistem online dengan membuka lapak di media sosial. Meski demikian, produk rajutan dari tangan pintar Laela diminati oleh pelanggan dari luar daerah.
“Sudah ada sih pelanggan kita dari luar daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Surabaya, Jayapura, Sumbawa, dan Bima,” ujar Laela kepada Inside Lombok, Selasa (14/12).
Laela menekuni produksi kerajinan rajut tersebut sudah beberapa tahun lamanya. Pada 2019 lalu, ia mencatat omzet mencapai Rp4 juta per bulan. Akan tetapi semenjak pandemi Covid-19 merebak, omzetnya turun drastis di angka Rp1 juta per bulan.
“Kalau untuk sekarang ini di bawah Rp1 juta, itu juga karena produksinya belum maksimal,” katanya.
Sulitnya mendapat pelanggan di masa pandemi tak menyurutkan semangatnya untuk terus berproduksi. Dengan tercapainya vaksinasi untuk 70 persen dari total masyarakat, herd immunity atau kekebalan kelompok diharapkan muncul dan mendorong normalisasi pergerakan ekonomi pascapandemi.
Sambil menunggu, Laela terus meningkatkan inovasi agar produknya bisa lebih menarik bagi pelanggan. “Kita tengah menyiapkan sesuatu hal yg unik. Menggabungkan antara rajutan dengan kulit, kerang atau gerabah,” jelasnya.
Inovasi yang telah ia siapkan dan siap berproduksi tersebut diharapkan dapat memikat minat lebih banyak pelanggan. Sehingga pesanan dari dalam daerah maupun luar daerah nantinya bisa meningkat di tengah pandemi. (den)