Mataram (Inside Lombok) – Nelayan di NTB membutuhkan cold storage untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar tetap terjaga kesegarannya tiap kali akan distribusikan. Apalagi dalam kondisi hasil tangkapan nelayan melimpah di tempat pelelangan.
Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, Nurhandini Eka Dewi mengatakan ketika hasil tangkapan nelayan melimpah, tentu tidak bisa dibawa seluruhnya untuk didistribusikan. Sehingga dibutuhkan ruang pendingin untuk menjaga kesegarannya lebih lama lagi.
“Saat musim ikan dan tangkapan berlimpah karena terbatasnya sarana dan prasarana pendingin kita (cold storage). Kemudian jalur distribusi ke daerah terpencil pada umumnya itu sulit,” ujar Eka, Kamis (2/3).
Rantai distribusi ikan dari tempat pelelangan relatif pendek. Sebab, untuk ikan dengan kategori besar dibutuhkan waktu yang agak lama untuk sampai di konsumen sehingga dibutuhkan cold storage. Supaya industri berkembang otomatis ikannya harus disimpan dalam keadaan baik. “Hanya saja kondisi keuangan Pemprov NTB untuk menghadirkan cold storage sangat terbatas,” katanya.
Lantaran pasca pandemi Covid-19 dan adanya refocusing anggaran. Sehingga daerah mengharapkan adanya anggaran pusat dapat digelontorkan untuk pengadaan cold storage berkapasitas besar. Nanti yang kemudian terpelihara dengan baik.
“Kita berupaya agar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) beri perhatian ini, cold storage ini harus didukung dengan blueprint pola pemberdayaan masyarakat di sektor perikanan,” terangnya.
Blueprint ini, juga diperlukan karena bersifat spesifik. Saat ini Pemprov NTB telah membuat hal serupa dari sektor pertambangan dan telah dipersyaratkan dalam undang-undang. Meski penerapannya di sektor perikanan belum dilakukan.
“Ada pegangan kita mau ngapain ke depannya, cold storage atau fasilitas pendingin ikan dalam menjaga kesegaran ikan. Kehadiran cold storage di setiap titik distribusi amat dibutuhkan,” imbuhnya. (dpi)