Mataram (Inside Lombok) – Perhelatan MotoGP di Maret 2022 memiliki potensi besar menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf). Terutama untuk ketersediaan akomodasi, mengingat kebutuhannya cukup besar untuk mengakomodir penonton yang diperkirakan mencapai 200 ribu orang.
Melihat potensi tersebut, ketersediaan akomodasi di NTB yang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ratusan ribu penonton diakui butuh perhatian. Salah satu cara yang bisa diambil pemerintah adalah membangun reputasi dalam kebersamaan dengan daerah lain, semisal Bali.
Investasi akomodasi yang disinergikan tersebut dinilai dapat menguntungkan banyak pihak. Mekanismenya bisa dengan superboat yang hilir-mudik dengan cepat atau cara lainnya yang bisa disepakati.
“Tentunya paling dekat (kerja sama dengan) Bali, jika memang dituntut pada perhelatan MotoGP nantinya diperkenankan hingga 200 ribu penonton. Sementara akomodasi di Lombok aksesnya tidak cukup,” ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB, Heru Saptaji, Senin (20/12).
Menurutnya, sekarang bagaimana membangun kebersamaan antara pulau Lombok dengan Bali dalam suatu konteks saudara destinasi wisata. Bahkan sinergi dengan Labuan Bajo juga menjadi sangat penting dilakukan dalam membangun pariwisata.
“Di sini kita saling mendukung, melengkapi dan juga pencitraan destinasi wisata di bangun adalah gambaran destinasi wisata yang mendukung,” ujarnya.
Tak hanya akomodasi saja, ada juga dari sisi ekraf berpotensi disediakan oleh para UMKM di NTB. Terutama dalam penyediaan suvenir mulai dari kaos, atribut MotoGP hingga payung yang bisa digunakan pada saat perhelatan. Tentunya dengan desain khas dari NTB menggunakan kain tenun yang memiliki pasar cukup luas.
“NTB bisa buat payung tenun, bisa kita integrasikan,” katanya. (dpi)