Mataram (Inside Lombok) – Jumlah pasien yang terpapar virus corona (Covid-19) di Kota Mataram terus meningkat. Bahkan jumlah tambahan kasus per 7 Februari 2022 di Kota Mataram mencapai 89 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadikes) Kota Mataram, dr. Usman Hadi mengatakan dengan tambahan kasus tersebut total kasus Covid-19 yang mendapatkan perawatan sebanyak 248 orang. Dari jumlah ini sebanyak 44 orang mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, dan sisanya melakukan isolasi mendiri.
“Yang di rawat di rumah sakit di Kota Mataram ini sekitar 44 orang. itupun Alhamdulillah tidak terlalu berat. Yang lain itu isolasi mandiri. 248 kasus Covid-19 di Kota Mataram (dirawat) baik di rumah sakit maupun di rumah isolasi mandiri,” katanya, Senin (7/2) di Mataram.
Usman menerangkan, pihaknya belum bisa menyebutkan penambahan kasus yang terjadi dari klister mana. Karena kondisi yang terjadi saat ini di tengah masyarakat, jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) meningkat. Bahkan, penderita ISPA ditemukan di masing-masing keluarga.
“Ini tidak bisa diklaster ya. Kita lihat ISPA meningkat keluhannya batuk pilek, nyeri saat menelan. Memang di data yang kami punya itu hampir satu keluarga itu ada yang tiga-empat yang paling banyak. ISPA ini karena memang cuaca,” ujarnya.
Untuk mencegah meningkatnya kembali kasus Covid-19 di Kota Mataram, penerapan protokol kesehatan harus dimaksimalkan. Selain itu, pasien Covid-19 yang memilih untuk melakukan isolasi mandiri, tempat tinggal yang digunakan harus memenuhi syarat.
“Selama di dalam isoman itu memenuhi syarat agar tidak menular lagi ke anggota keluarga yang lain,” ucapnya. Untuk mengantisipasi adanya rumah yang tidak memenuhi syarat sebagai tempat isolasi mandiri, Pemkot Mataram sudah harus mulai menyiapkan tempat isolasi terpusat.
“Kami sudah ngomong dengan kalak BPBD untuk dipikirkan tempat isoter (isolasi terpadu), bilamana kasus melonjak. Dan jika rumah-rumah itu tidak memenuhi syarat, mungkin di isoter kan,” ungkapnya,
Sementara untuk status di masing- masing lingkungan di Kota Mataram, Usman mengaku belum mengetahui secara pasti. Karena dengan peningkatan kasus yang terjadi berdampak pada perubahan status di masing – masing lingkungan. “Zona merah ini lingkungan ini belum bisa lihat,” pungkasnya. (azm)